DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Mengangkat Ekonomi Umat Melalui Masjid

“Masjid dalam syiar Islam di zaman Rasulullah Muhammad SAW memegang peran sentral. Tak hanya sebagai pusat ibadah, masjid adalah pusat pemberdayaan umat.”

MASJID, mampukah berperan mengangkat ekonomi umat? Tentu bukan pertanyaan yang mengada-ada. Dalam sejarah Islam, Masjid memegang peranan sentral. Rasulullah SAW tidak menggunakan masjid semata-mata hanya tempat bermunajat kepada Allah, namun juga sebagai pusat ekonomi umat Islam.

Masjid dalam syiar Islam di zaman Rasulullah SAW memegang peran sentral. Tak hanya sebagai pusat ibadah, masjid adalah pusat pemberdayaan umat.

Dalam perspektif Al Quran dan sejarah memiliki kontribusi yang sangat besar dalam menopang perjuangan Rasulullah SAW, pada masa-masa awal penyebaran agama Islam.

Bangunan pertama yang dibangun Rasulullah SAW saat hijrah ke Yastrib (kini di sebut Madinah) adalah Masjid Quba.

Begitu juga, setiba di kota kedua kaum Muslimin itu, Rasulullah juga membangun masjid, yang kelak populer dengan sebutan Masjid Nabawi al-Syarif.

Rasulullah SAW menjadikan masjid itu sebagai batu sendi pembentukan sistem kehidupan Islami. Dari sana, Beliau membangun Yastrib menjadi madinah dengan konsep dan nilai yang jelasm.

Di zaman Rasulullah SAW, fungsi masjid dibagi dua. Pertama, sebagai pusat ibadah, yaitu tempat bersembahyang, membaca Al Quran, bertadarus, memungut zakat, beritikaf, berzikir, dan aneka kegiatan ibadah lainnya.

Fungsi kedua, adalah sebagai pusat atau tempat pendidikan dan pengajaran, sebagai perpustakaan, tempat pengadilan, tempat prajurit Muslim berkumpul sebelum memulai perjuangan, tempat mengatur strategi peperangan dan bermacam-macam lainnya.

Masjid juga merupakan tempat kegiatan ekonomi. Di masjid dibangun Baitul Maal, tempat menghimpun dana dari orang-orang kaya yang kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan.

Dari fakta sejarah ini membutikan bahwa dari masjid, masyarakat madani Madinah didirikan dan berjaya, masyarakatnya damai, adil dan sejahtera.

Dr. Jafriel Khalil, dosen Program Pasca Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, menyatakan, masjid sangat potensial digerakkan untuk membangun kekuatan ekonomi umat.

Hanya saja Jafriel menyoroti sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. “Haruslah orang-orang yang amanah dan lurus,” ujarnya.

Jafreil malah melihat, kalau sekiranya para imam dan pengurus masdjid mampu mengelola masjid dengan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan selain kemampuan manajerialnya, maka bukan mustahil masjid akan tampil sebagai pusat perkembangan umat.

“Kita lihat saja gambaran riil yang ada sekarang ini di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Di depan kedua masjid suci tersebut, tumbuh pusat perekonomian yang sangat dahsyat, pusat perdagangan, pusat keramaian. Ada masjid, ada pasar,” tegasnya.

Sayangnya, kata Jafreil, kita tidak membangun seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. “Kebanyakan kita justru membangun masjid di dekat kuburan.

Ini kan jelas tidak efektif. Mestinya kita membangun masjid yang di sekelilingnya juga tumbuh pusat perdagangan. Masjid harus dibangun di tempat-tempat strategis,” ujarnya. dikutip dari Tabloid Republika, 1/9/2006.

Menurut Anwar Sanusi seorang Ulama dan cendekiawan muslim mengungkapkan. “Yang dimaksud Rasulullah SAW bahwa masjid sebagai tempat sujud bukan seperti dalam pengertian fisik sekarang ini melainkan tempat sujud segala kebenaran.”

“Karena itu mestinya umat Islam bisa membangun koperasi di masjid, tempat musyawarah, idarah juga di masjid, bicara tentang kemakmuran masyarakat juga di masjid,” tambahnya.

Lebih jauh lagi, Anwar menjelaskan, “Banyak orang Barat yang belakangan ini menyukai masjid seperti yang di Kanada dan Inggris karena masjid benar-benar menjadi simbol pusat kebudayaan dan ekonomi,” tegasnya.

Di masjid itu segalanya sudah aman, orang-orangnya jujur sehingga tak perlu sulit lagi mencari orang, karena itu aneh, kalau kemudian di Indonesia yang mayoritas muslim, masjid belum berhasil diwujudkan sebagai sentral budaya, sentral ibadah, sentral ekonomi umat,” kritiknya. [Tabloid Dialog Jumat, 1 September 2006].

Dengan demikian, dapatlah kita mengambil satu kesimpulan bahwa pemberdayaan masjid, khususnya untuk peningkatan perekonomian umat.

Logikanya, semakin banyak umat yang diberdayakan secara ekonomi, maka krisis perekonomian bangsa ini akan segera teratasi. Insya Allah, Amiin.

Nashrun minallahi wa fahthun qariib wabasysyiril mu’minin.

Aswan Nasution

*Penulis, Alumni 79′ Al-qismul ‘Aly, Al Washliyah, Isma’iliyah, Medan, Sumatera Utara.
*Pengurus Wilayah Al Washliyah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Priode 2019-2024.

lihat lebih banyak lagi

Sah! Ketum PB Al Washliyah Lantik Prof Saiful Akhyar Lubis Menjadi Rektor Univa Medan

MEDAN - Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM melantik Prof.Dr.Saiful Akhyar Lubis, MA menjadi Rektor Universitas Al...

HIMMAH Banten Sukses Gelar Webinar Nasional ‘Digital Youth Revolution’

TANGERANG - Dengan semangat mencetak pemuda yang siap menghadapi era digital dan disrupsi global, Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH) Provinsi Banten sukses menyelenggarakan Webinar...

161 Mahasiswa Unada Banda Aceh dan STAI Al Washliyah Ikuti Wisuda Sarjana

BANDA ACEH - Sebanyak 161 mahasiswa ikuti wisuda sarjana strata 1 (S1) Universitas Al Washliyah Darussalam (Unada) Banda Aceh dan Sekolah Tinggi Agama Islam...

PP IGDA Bersama 33 Organisasi dan NGO Hadiri Konferensi Madani ASEAN Leadership di Kuala Lumpur

KUALA LUMPUR - Organisasi Wadah pencerdasan umat Malaysia mengadakan konferensi tingkat regional bersama organisasi Islam dan NGO Muslim di negara-negara ASEAN dengan mengundang 33...