DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Profil Al Jam’iyatul Washliyah

Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Ash-Shaff [61] 10-11).

Visi Al Washliyah

Menjadikan Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) sebagai organisasi berkualitas, produktif, menjangkau seluruh wilayah Indonesia agar terwujudnya hablum minallah wa hablum minannas dan terciptanya negara yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.

Misi Al Washliyah

Al Washliyah bertekad membina dan membangun umat, masyarakat dan bangsa Indonesia yang berakhlaqul karimah, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan dalam kehidupannya mampu melaksanakan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Sejarah Al Washliyah

Al Jam’iyatul Washliyah, disingkat dengan nama Al Washliyah adalah organisasi kemasyarakatan Islam, yang didirikan pada 30 November 1930 M, bertepatan 9 Rajab 1349 H di Kota Medan, Sumatera Utara. Al Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam cengkaraman penjajah Hindia Belanda (Nederlandsh Indie). Karena itu, kader organisasi ini turut berperang melawan penjajah Belanda, demikian juga pada era penjajahan Jepang, Al Washliyah terus bertahan dan berkorban untuk Indonesia merdeka. Tidak sedikit tokoh dan pejuang Al Washliyah yang gugur demi bangsa dan negara tercinta.

Tujuan utama berdirinya Al Washliyah adalah untuk memerdekakan Indonesia dengan cara mempersatukan umat Islam. Oleh sebab itu, organisasi ini dinamakan Al Washliyah, yang bermakna menghubungkan (menyatukan kembali) anak bangsa, yang saat itu sudah terpecah belah akibat politik penjajah (devide et impera), maka munculkan tokoh dan pendiri organisasi Al Washliyah, yang kala itu masih berusia belia, tapi memiliki visioner yang brilian, yaitu dari kalangan pelajar dan pengasuh Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan, Sumatera Utara, antara lain Tuan Syekh Abdurrahman Syihab, Tuan Syekh Ismail Banda, Tuan Syekh HM Arsyad Thalib Lubis, Yusuf Ahmad Lubis dan Adnan Nur Lubis. Sementara nama Al Jam’iyatul Washliyah diberikan oleh seorang ulama besar di Sumatera Utara yang bernama Tuan Syekh H.Muhammad Yunus.

Kantor PB Al Washliyah Hijrah ke Jakarta

Satu di antara keputusan monumental Muktamar XVI Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) pada 21-24 Februari 1986 di Wisma Haji Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, adalah ‘hijrah’ nya Kantor Pengurus Besar Al Washliyah dari Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, tepatnya di seberang Makam Pahlawan Kota Medan (Kini Kantor Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara) ke Ibukota Jakarta.

Terpilih pada muktamar tersebut, Ketua Umum PB Al Washliyah HM Ridwan Ibrahim Lubis (wafat 2024) dan Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah H.Aziddin, SE,M.Si (wafat 2015), periode 1986-1997. Otomatis aktivitas sekretariat PB Al Washliyah secara total pindah dari tanah melayu/batak ke tanah Betawi, diawali dari kediaman KH Yunan Helmi Nasution, yang akrab disapa Abah Yunan, di Kawasan Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat.

Sebenarnya organisasi berlambang bulan sabit bintang lima ini sudah pernah punya kantor definitif. Konon, sekitar tahun 1960-an, organisasi ini telah memiliki kantor perwakilan PB Al Washliyah di Jakarta, menempati satu bangunan di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, namun tidak ada keterangan jelas bahwa kantor tersebut kini telah tiada dan berpindah tangan ke pihak lain.

Dengan demikian, Kantor Pengurus Besar Al Washliyah telah pindah ke Jakarta sejak tahun 1986 sampai sekarang ini. Walau pun masih ada segelintir orang beranggapan bahwa Kantor PB Al Washliyah masih di Kota Medan, sebagai basis massa terbesar Al Washliyah, padahal kantor PB Al Washliyah sudah pindah dengan memiliki kantor permanen di
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.41, RT 13 RW 02, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, kodepos 10510.

Diakui memang, perjalanan panjang sejarah kantor PB Al Washliyah ini. Beberapa kali pindah, dari satu tempat ke tempat yang lain. Mulai dari Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat ke Ruko lantai 5 di Jalan Biak, Roxy, Jakarta Pusat. Kemudian pindah lagi ke Jalan Garuda, Kemayoran. Setelah itu ke Jalan Kayumanis V, Matraman, Jakarta Pusat, ke Jalan Utan Kayu, Matraman, ke kediaman H.Aziddin SE, M.Si, Jalan Bren, Sumur Batu, Jakarta Pusat, ke satu Ruko di Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, ke satu Ruko di Jalan Howitzer Raya, Sumur Batu, Jakarta Pusat dan Alhamdulillah, akhirnya menetap di Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, depan SMAN 30 Jakarta sejak tahun 2013 sampai sekarang.

Alhamdulilah wasyukrillah, organisasi keumatan ini memiliki sebidang tanah untuk pembangunan kantor baru pengurus besar di ibukota. Untuk mendapatkan lokasi kantor di Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 ini, tidak dapat dipungkiri bahwa andil besar Ketua Umum PB Al Washliyah, Prof.Dr.H.Muslim Nasution MA (wafat 2012). Ia sempat memimpin doa begitu survei ke lokasi kantor ini. Seakan beliau sudah cocok dengan lokasi untuk kantor PB, padahal saat itu belum terjadi kesepakatan harga dengan pemilik lahan, namun beliau sudah yakin haqqul yakin akan menjadi milik Al Washliyah.

Peresmian pembangunan kantor PB Al Washliyah dilakukan tepat pada hari kelahiran organisasi ini pada hari Sabtu 30 November 2013, ditandai dengan kegiatan Salat Subuh berjemaah dan minum susu pagi hari di lokasi bangunan kantor. Sewaktu Dr.H.Yusnar Yusuf MS menjabat Ketua Umum PB Al Washliyah menggantikan Prof.Dr.H.Muslim Nasution yang telah tiada. Kondisi bangunan saat itu masih berbentuk bedeng/gubuk, sehingga panitia melakukan rehab total secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan organisasi.

Peletakan batu pertama pembangunan kantor PB Al Washliyah, pada saat itu diwarnai suasana gembira bercampur haru. Bagaimana tidak, setelah sekian lama belum punya kantor tetap, akhirnya atas izin dan ridha Allah SWT, serta usaha yang gigih dari personal pengurus, organisasi ini dapat tanah untuk pembangunan kantor, dan belakangan diurus sampai memiliki sertifikat wakaf atas nama Al Washliyah. Sedihnya, Prof. Dr.H.Muslim Nasution, MA yang memotivasi pengurus untuk mencari lokasi kantor di Jakarta, ia tidak ikut bersama karena telah tiada menghadap Ilahi Robb.

Lima pimpinan wilayah dan tiga pimpinan perguruan tinggi Al Washliyah, secara simbolis turut hadir dan ikut meletakkan batu pertama pembangunan kantor. Setidaknya, kelima pengurus wilayah dan pimpinan perguruan tinggi, dapatlah disebut mewakili warga Al Washliyah se-Indonesia pada acara bersejarah tersebut. (Baca-Perjalanan Sejarah Kantor PB Al Washliyah Di Tanah Betawi/washliyah.or.id)

Nama dan Logo

Nama dan logo Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) juga telah dipatenkan sesuai dengan Surat Departemen Hukum dan HAM RI c/q Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Nomor Pendaftaran: 036639 diumumkan tanggal 20 September 2006 di Jakarta.

Legalitas
Nomor: J-A/74/25 Menteri Kehakiman tanggal 17 Oktober 1956
Nomor: C-20.HT.01.06.TH.2006 SK Menkumham RI tanggal 09 Mei 2006 dan tercatat dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia tanggal 19/12-2006 No.101.
Nomor: AHU-19.AH.01.08. Tahun 2015
SK Menkumham RI tentang Persetujuan Perubahan Tempat Kedudukan tanggal 02 April 2015.
Nomor: AHU-000328.AH.01.08.Tahun 2019
SK Menkumham RI tentang persetujuan Perubahan Tempat Kedudukan tanggal 09 April 2019.
Nomor: AHU-0001249.AH.01.08.Tahun 2021
SK Menkumham RI Tentang Persetujuan Perubahan Perkumpulan Al Jam’iyatul Washliyah tanggal 09 September 2021.

Al Washliyah

35 Provinsi

  1. Aceh
  2. Sumatera Utara
  3. Riau
  4. Kepulauan Riau
  5. Sumatera Selatan
  6. Sumatera Barat
  7. Jambi
  8. Bangka Belitung
  9. Bengkulu
  10. Lampung.
  11. Banten
  12. Jakarta.
  13. Jawa Barat
  14. Jawa Tengah
  15. DI Yogyakarta
  16. Jawa Timur
  17. Bali
  18. Nusa Tenggara Barat
  19. Nusa Tenggara Timur
  20. Kalimantan Barat
  21. Kalimantan Timur
  22. Kalimantan Selatan
  23. Kalimantan Tengah
  24. Kalimantan Utara.
  25. Gorontalo
  26. Sulawesi Barat
  27. Sulawesi Utara
  28. Sulawesi Tengah
  29. Sulawesi Tenggara
  30. Sulawesi Selatan
  31. Maluku
  32. Maluku Utara
  33. Papua
  34. Papua Barat
  35. Papua Barat Daya

402 Kabupaten/Kota
Saat ini Al Washliyah sudah tersebar di 402 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Sembilan Pengurus Perwakilan Luar Negeri

  1. PPLN Al Washliyah United Kingdom/Eropa
  2. PPLN Al Washliyah Mesir
  3. PPLN Al Washliyah Brunai Darussalam
  4. PPLN Al Washliyah Malaysia
  5. PPLN Al Washliyah Yaman
  6. PPLN Al Washliyah Maroko
  7. PPLN Al Washliyah Thailand
  8. PPLN Al Washliyah Suriah
  9. PPLN Al Washliyah Amerika Serikat (persiapan).

Tujuh Organisasi Bagian

  1. Muslimat Al Washliyah
  2. Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA).
  3. Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA).
  4. Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH)
  5. Angkatan Puteri Al Washliyah (APA)
  6. Ikatan Sarjana Al Washliyah (ISARAH)
  7. Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA).

704 Sekolah Dasar – Menengah Atas
Saat ini Al Washliyah mempunyai 704 unit Lembaga Pendidikan dasar dan menengah, mulai dari tingkat TK/RA sampai ke SMA/Madrasah Aliyah/Qismul `aly.

Sembilan Perguruan Tinggi

  1. Universitas Al Washliyah (Univa) Medan, Sumatera Utara.
  2. Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, Sumatera Utara.
  3. Universitas Al Washliyah (Univa) Labuhan Batu, Rantau Prapat, Sumatera Utara.
  4. Universitas Al Washliyah Darussalam (Unada) Banda Aceh.
  5. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al Washliyah Sibolga, Sumatera Utara.
  6. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Washliyah Binjai, Sumatera Utara.
  7. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Washliyah Banda Aceh.
  8. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Barabai, Kalimantan Selatan.
  9. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Washliyah Takengon, Aceh.

Panti Asuhan

  • Panti Asuhan Al Washliyah Ismailiyah, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Pulo Brayan, Sumatera Utara
  • Panti Asuhan Al Washliyah Kota Binjai, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Al Arif Al Washliyah Rantau Prapat, Labuhan Batu, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Banda Aceh.
  • Panti Asuhan Amal Sosial Al Washliyah Medan Sunggal, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Lubuk Pakam, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Gunung Sitoli, Sumatera Utara.
  • Panti Asuhan Al Washliyah Lubuk Pakam, Sumatera Utara.

Badan Usaha

  • BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
  • Koperasi Jasa Attijarah Al Washliyah.
  • Al Washliyah Zakat, Infaq dan Sedekah (Alzis).

Al Washliyah Mualaf Center

Majelis dan Lembaga

  • Bidang Pendidikan
    Satu-satunya Lembaga yang mengurusi bidang Pendidikan di lingkungan Al Washliyah; memiliki tugas mendirikan, menata dan mengelola satuan pendidikan.
  • Bidang Dakwah
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang dakwah; memiliki tugas mempersiapkan, mengembangkan dan memberdayakan tenaga dakwah di lingkungan Al Washliyah melalui program Gerakan Dakwah Marhamah (GDM).
  • Bidang Hisab dan Rukyat
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang hisab dan rukyah dengan tugas melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan instansi/Lembaga terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan hisab dan rukyah.
  • Bidang Sosial
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang amal sosial; memiliki tugas melaksanakan penyantunan dan pengelolaan panti sosial dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.
  • Lembaga Penanggulangan Bencana
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang penanggulangan bencana dengan tugas secara terintegrasi, meliputi penanganan prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana.
  • Bidang Kader
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang kaderisasi dengan tugas menyusun, mengembangkan dan melaksanakan sistem pola pengkaderan organisasi, serta meningkatkan kompetensi kader dan instruktur nasional Al Washliyah.
  • Lembaga Satuan Komunitas Pramuka
    Lembaga pelaksana program organisasi yang menyelenggarakan Pendidikan kepramukaan, yang berbasis antara lain pelajar, profesi, aspirasi dan agama.
  • Bidang Pembinaan dan Pengembangan Ekonomi
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang pembinaan dan pengembangan ekonomi umat; memiliki tugas mengadakan usaha-usaha pengembangan dan peningkatan keekonomian.
  • Bidang Koperasi
    Lembaga pelaksana program organisasi pada bidang koperasi dengan tugas menghimpun kekuatan ekonomi anggota Al Washliyah, serta memberdayakan ekonomi kerakyatan melalui UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
  • Bidang Hubungan Antarlembaga
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang hubungan kelembagaan dan organisasi dengan tugas membangun hubungan Kerjasama yang bersifat sinergis di dalam dan luar negeri.
  • Bidang Hukum dan HAM
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang hukum organisasi dengan tugas melakukan penyuluhan hukum kepada anggota Al Washliyah.
  • Bidang Percepatan Sertifikat Aset
    Lembaga pelaksana proram organisasi di bidang percepatan sertifikasi asset dengan tugas percepatan pengurusan hak atas tanah dan penerbitan sertifikat tanah asset organisasi.
  • Lembaga Verifikasi, Registrasi dan Pemberdayaan Aset
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidang verifikasi registrasi dan pemberdayaan asset dengan tugas melakukan verifikasi dan registrasi aset organisasi.
  • Bidang Riset dan Digitalisasi
    Lembaga pelaksana program organisasi di bidanf riset dan digitalisasi dengan tugas melakukan penelitian dan pengkajian terkait pengembangan media sosial organisasi.
  • Lembaga Kajian Strategis
  • Lembaga pelaksana program organisasi di bidang kajian strategis dengan tugas mengelola data dan informasi yang telah dikumpulkan oleh riset untuk kemudian disajikan dalam bentuk hasil kajia
  • Bidang Alzis
    Al Washliyah Zakat, Infaq dan Sedekah (Alzis) ini merupakan Lembaga pelaksana program organisasi untuk menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah umat Islam, khususnya anggota Al Washliyah. Pengelolaannya dilakukan amanah, transparan dan akuntable.
  • Al Washliyah Mualaf Center
    Lembaga pelaksana organisasi di bidang pembinaan, pendidikan, penyantunan dan peningkatan kesejahteraan kalangan mualaf.

Susunan Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026

Ketua Umum : Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM
Wakil Ketua Umum : Dr.H.Ahmad Doli Kurnia Tanjung, M.Si
Sekretaris Jenderal : Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM,MBA
Bendahara Umum : Drs.H.Rijal Naibaho, MM
Wakil Bendahara Umum : H.Hidayatullah, SE
Wakil Bendahara Umum : H.Irwan Tanjung

Ketua Bidang Pendidikan : H.Ridwan Tanjung, SH,M.Si
Sekretaris : H.Muhammad Razvi Lubis,S.Sos, M.Pd
Ketua Bidang Dakwah : H.Anas Abdul Jalil, M.Pd.I
Sekretaris : Dr.KH.Iskandar Mirza, MA
Ketua Bidang Kader : Kolonel Purn Drs.H.Muhammad Zaid, MM.
Sekretaris : H.Syamsir Bastian, S.Pd.I
Ketua Bidang Riset
dan Digital : Dr.H.Rusli Efendi, SE, M.Si
Sekretaris : Dr.H.Juwito Faisal, M.Pd
Ketua Bidang Tatakelola
dan Organisasi : Dr.H.Nirwan Syafrin Manurung, MA
Sekretaris : Dr.H.Akmal Rizki Gunawan Hasibuan, MA.
Ketua Bidang Sosial : Dr.H.Ismail Efendi, M.Si
Sekretaris : Dr.H.Askif Pasaribu, M.Si
Ketua Bidang Ekonomi : Charles Purnama Siregar,SS,M.Si
Sekretaris : H.Sugiat Santoso, SE, M.Si
Ketua Bidang Hubungan
Antarlembaga : Dr.KH. Julian Lukman, MA
Sekretaris : H. Marjuan, Lc,MA
Ketua Bidang Hukum dan
HAM : Prof.Dr.H.Deding Ishak, SH,MM
Sekretaris : Adheri Zulfikri Sitompul, SH,MH
Ketua Bidang Percepatan
Aset : Dr.H.Husni Tamrin, SH,MH
Sekretaris : H. Solihin, SH,MH

Tuan Syekh Haji Abdurrahman Syihab

HAJI ABDURRAHMAN SYIHAB (1910-1955), adalah anak ketiga dari H. Syihabuddin, Kadhi Kerajaan Serdang di Kampung Paku, Galang,Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Beliau lahir pada 1910 Masehi di Kampung Paku tersebut. Sejak kecil bakatnya sebagai seorang pemimpin telah terlihat. Pada tahun 1918-1922, beliau belajar pada sekolah Gubernement dan pada Maktab Sairussulaiman di Simpang tiga Perbaungan, Sumatera Utara. Sesudah itu beliau melanjutkan pelajarannya ke Medan di Maktab Islamiyah Tapanuli, yang ketika itu dipimpin oleh Syekh Mohammad Yunus dan H. Mohammad.

Kemudian beliau pun sempat menjadi guru di maktab tersebut dan terus melanjutkan pelajarannya ke Maktab Hasaniyah yang dipimpin Syekh Hasan Ma’sum.

Abdurrahman Syihab, adalah orang pertama yang mendirikan Madrasah Al Washliyah dengan waktu belajar sore hari di Jalan Sinagar Petisah Medan pada tahun 1932. Beliau pun sempat menjabat kepala madrasah di beberapa tingkatan yaitu menjadi direktur madrasah tsanawiyah, direktur madrasah muallimin dan muallimat.

Pada 1940 ketika Tarbiyah Umumi membuka Madrasah Al Qismul Ali, beliau menjabat direktur Madrasah Qismul Ali.

Pada 1939, beliau berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah Al-Mukarromah. Di sana, Abdurrahman Syihab menyempatkan diri belajar kepada Syekh Alie Al Maliky, Umar Hamdan, Hassan Masysath, Amin Al Kutuby dan M. Alwy.

Selain aktif di perkumpulan pelajar, Abdurahman Syihab termasuk pendiri Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) dan terus menerus terpilih menjadi pimpinan organisasi sampai akhir hayatnya.

Ketika tahun 1934,organisasi Ahmadiyah Kadian hendak meluaskan sayapnya ke Kota Medan (Sumatera Timur, ketika itu beliau langsung merapatkan barisan umat Islam dan membentuk panitia penentang gerakan tersebut. Dan terakhir beliau menjabat Ketua Komite Pemberantas I’tikad Ahmadiyah Kadian pada tahun 1935.

Selanjutnya pada tahun 1945-1946 menjadi anggota PB Majelis Tinggi Sumatera, Ketua Pimpinan Daerah Majelis Islam Tinggi Sumatera Timur, Wakil Ketua Masyumi Sumatera, Ketua Komite Aksi Pemilihan Umum (KAPU) dan anggota pengurus Folks Front (Pesatuan Perjuangan Sumatera).

Tahun 1939 menjadi utusan Muslimin Indonesia dalam rapat khusus dengan Raja Ibnu Saud di Mekkah, Arab Saudi.

Pada tahun 1941 mewakili PB Al Washliyah ke Kongres Muslimin Indonesia di Solo, Jawa Tengah. Dan pernah menjadi utusan dari Sumatera Timur ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, ketika menyambut kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang dan mewakili Sumatera Timur pada Kongres Islam se Sumatera di Bukti Tinggi.

Ketika Kongres Masyumi yang ke enam pada tahun 1954, beliau diangkat sebagai Ketua Masyumi Pusat di Jakarta.
Pendiri Al Washliyah ini pernah menjadi anggota DPR Sumatera Utara, Anggota Eksekutif DPR Sumatera Timur. Pada 1947 ia diangkat menjadi anggota KNIP, lalu menjadi anggota Penasehat PPNKST dan tahun 1954 menjadi anggota parlemen.

Pada akhir 1954 ketika beliau tengah bertugas sebagai anggota parlemen di Jakarta, Abdurrahman Syihab terserang penyakit dan harus beristirahat. Beliau sempat kembali ke Medan dan dirawat di RS Umum Kota Medan. Kurang lebih satu bulan setengah dirawat di rumah sakit tersebut, dengan takdir Allah SWT beliau berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin 7 Februari 1955 pada usia 45 tahun.

Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) kehilangan seorang pemimpin yang luhur, lagi bijaksana serta cekatan dalam memimpin. Kepergian beliau bukan saja dirasakan oleh keluarga Al Washliyah khususnya, tetapi turut dirasakan oleh seluruh pergerakan dan ogansiasi Islam dan masyarakat umum lainnya.

Abdurrahman Syihab meninggalkan seorang isteri dan 10 orang anak (lima laki-laki dan lima wanita) dan kebanyakan masih di bawah umur, saat beliau meninggal dunia. Bahkan anaknya yang kecil belum sempat dilihatnya karena baru berumur 20 hari. (syamsir)

Tuan Syekh H. Ismail Banda

Haji ISMAIL BANDA (1909-1951) adalah tokoh penting dalam perjalanan sejarah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah), karena beliau lah yang menjadi ketua pertama organisasi ini. Ismail Banda lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada 21 April 1909 dan wafat dalam suatu kecelakaan pesawat di Taheran, Iran pada 22 Desember 1951.

Tokoh dan pendiri Al Washliyah gugur Ketika menjalankan tugas negara sebagai kuasa usaha (perwakilan) negara Indonesia di Afganistan. Pesawat yang membawa tokoh Al Washliyah Bersama sejumlah pejabat penting bangsa lain terjatuh dihantam badai topan dahsyat di Taheran.

Ismail Banda menimba ilmu selama 5 tahun di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) di Bawah bimbingan Syekh Muhammad Yunus dan beberapa guru lainnya. Semasa usia sekolah, Syekh Ismail Banda tekun mendalami berbagai disiplin ilmu. Tak heran lagi, setelah menyelesaikan Pendidikan di maktab tersebut, dia diangkat menjadi guru di maktab tersebut hingga tahun 1932.

Setelah itu, Ismail Banda melanjutkan Pendidikan ke Madrasah Al Shaulatiyah di Makkah dan Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, dan ia meraih gelar BA (1940) dan MA tahun 1942 dalam bidang filsafat.

Ismail Banda lahir dari pasangan Banda dan Sariani Aminah. Bermukim di Kampung Sei Mati, Medan Sumatera Utara, kemudian berpindah ke Petisah, Kota Medan. Pada tahun 1930, Ismail Banda dalam usia yang relatif muda, mendirikan Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah), Ini sebagai bukti sejarah perjuangannya untuk NKRI sekaligus warisan terhadap penerus kader Al Washliyah.

Al Washliyah ini pertama kali di Sumatera Utara yang menerapkan model pendidikan modern, yaitu menggunakan sistem klasikal. Ini memperlihatkan besarnya semangat Al Washliyah melakukan pembaharuan, hidup mandiri dan modern. Padahal Indonesia saat itu belum merdeka. Setelah dua tahun tepat 1932, Ismail Banda berangkat ke Mekkah dan berlanjut pendidikan ke Al Azhar Mesir untuk meraih gelar sarjana.

Ismail Banda aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Ini ditandai dengan aktivitasnya di Jami’ah Chairiyah (Perkumpulan Kebajikan) yang sudah didirikan oleh orang-orang Indonesia di Mesir pada tahun 1923. Jami’ah Chairiyah pada tahun 1933 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia Raya, dan pada tahun 1938 berubah lagi menjadi Perhimpunan Pemuda Indonesia Malaya (Perpindom) dan beliau menjadi ketua dari perhimpunan ini.

Ismail Banda semakin kuat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Guna menyebarluaskan gagasannya, Perpindom menerbitkan majalah Suara Al Azhar dan Pilihan Timur yang beredar di Indonesia, yang akhirnya majalah dilarang pemerintah Belanda. Di Mesir ia menjadi koresponden Pewarta Deli yang banyak menyuarakan perjuangan dan pergerakan kemerdekaan. Ismail Banda bersama teman-teman pemuda/mahasiswa memainkan peran diplomatik, melakukan pendekatan dengan petinggi-petinggi Mesir dan Palestina.

Perannya sungguh strategis dalam bidang diplomasi, sehingga Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 dapat pengakuan dari pemerintah Mesir. Keberhasilan ini dicatat dalam sejarah perjuangan Indonesia, bahwa tokoh dan ketua pertama Al Washliyah memiliki andil besar dalam diplomasi kemerdekaan. Karena itu, Ismail Banda adalah diplomat ulung Al Washliyah.

Selain memiliki sikap kepemimpinan (leadership) dan diplomasi, Ismail Banda juga memiliki kemampuan (skill) menulis. Karya ilmiahnya selama kuliah di Makkah (1932-1936) dan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir (1936-1946) dan di Indonesia (1947-1951) sungguh mengesankan anak bangsa. Termasuk tulisan artikel dan buku, seperti Pengakoen Mesir dan Politik Arab League (1947).

Tidak hanya itu, kemampuan diskusi membahas berbagai persoalan juga cukup menarik perhatian. Ismail Banda Bersama rekan-rekan seangkatannya di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) membentuk suatu kelompok diskusi, yang akhirnya dikenal dengan sebutan Debating Club.

Ismail Banda menjadi penasehat dari debating club ini, yang diketuai oleh Abdul Rahman Syihab. Pada tanggal 26 Oktober 1930 berlangsung pertemuan diskusi dengan yang melibatkan ulama-ulama, guru-guru, pemimpin-pemimpin Islam di Medan. Ismail Banda menjadi tokoh sentral yang memberikan berbagai advis dalam pertemuan tersebut.

Mereka sepakat membentuk sebuah perhimpunan yang bertujuan memajukan, mementingkan, dan menambah tersiarnya Agama Islam. Perhimpunan akhirnya bernama Al Jam’iyatul Washliyah, yang artinya perhimpunan yang menghubungkan dan mempertalikan.

Susunan Pengurus untuk persiapan ditetapkan Ketua Ismail Banda, Penulis M. Arsyad Thalib Lubis. Untuk pengukuhan organisasi dan memperluas susunan kepengurusan maka pada tanggal 30 November 1930 diadakan pertemuan lanjutan. Ditetapkanlah secara resmi nama organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang pada periode pertama susunan pengurusnya adalah Ketua I: Ismail Banda, Ketua II: Abdul Rahman Syihab, Penulis I: M. Arsyad Thalib Lubis, Penulis II: Adnan Nur, Bendahari H.M. Ja’kub dan penasehat Syech H. Muhammad Yunus.

Pada pertengahan tahun 1947 Ismail Banda kembali ke Tanah Air, bekerja pada Departemen Agama, di ibukota negara waktu itu Yogyakarta. Tidak lama kemudian beliau pindah ke Departemen Luar Negeri. Selama di Yogyakarta Ismail Banda memberi kuliah di Universitas Islam Indonesia dan mengajar di sekolah-sekolah agama, serta berperan aktif di RRI Yogyakarta memberitakan perjuangan kemerdekaan maupun RRI di Jakarta. Almarhum terkenal sebagai orang yang aktif dan rajin dalam siaran bahasan Arab di RRI sejak masa revoluasi di Yogyakarta sampai dipindahkannya ke siaran luar negeri RRI di Jakarta.

Tahun 2016 lalu, Dr.H.Yusnar Yusuf, MS saat menjabat Ketua Umum PB Al Washliyah telah mengusulkan Ismail Banda menjadi pahlawan nasional, dan pada periode PB Al Washliyah diketuai oleh Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, (2021-2026), juga mengusulkan HM Arsyad Thalib Lubis menjadi pahlawan nasional. Akan tetapi sampai saat ini, belum seorang pun tokoh dan pendiri Al Washliyah yang diusulkan itu menjadi pahlawan nasional, padahal gerak juang tokoh dan pendiri Al Washliyah ini, sebenarnya tidak perlu diragukan lagi untuk kedaulatan NKRI. (syamsir/dari berbagai sumber).

Tuan Syekh HM Arsyad Thalib Lubis

HAJI MUHAMMAD ARSYAD THALIB LUBIS (1908-1972), beliau adalah seorang ulama, mubaligh dan pejuang di Sumatera Utara yang lahir pada Oktober 1908 di Stabat,Langkat,Sumatera Utara.

Beliau putra kelima dari pasangan Lebai Thalib bin H. Ibrahim Lubis dan Markoyom Nasution. Ayahnya berasal dari kampung Pastap, Kotanopan,Tapanuli Selatan, kemudian menetap di Stabat Sumatera Utara, sebagai petani yang agamis sehingga mendapat panggilan lebai, yakni panggilan kehormatan di daerahnya atas ilmu agama yang dimiliki.

Syekh HM Arsyad Thalib Lubis, menjalani seluruh pendidikannya di Sumatera Utara. Selepas menjalani pendidikannya dalam kurun waktu 1917-1930, beliau memperdalam ilmu tafsir, hadits, usul fiqh dan fiqh kepada Syekh Hasan Maksum di Medan.

Dia adalah seorang murid yang cerdas dan rajin, sehingga mendapat kepercayaan dari gurunya yakni H. Mahmud Ismail Lubis untuk menyalin karangan yang akan dimuat di surat kabar. Pada usia 20 tahun, beliau telah menjadi penulis di Majalah Fajar Islam di Medan.

Pada usia 26 tahun, buku pertamanya, Rahasia Bible terbit pada 1934 dan dicetak ulang pada 1926. Buku ini pun menjadi pegangan mubaligh dan da’i Al Washliyah dalam mensyiarkan Islam di Porsea,Tapanuli Utara.

Semasa hidupnya, HM Arsyad Thalib Lubis, aktif mengajar pada beberapa Madrasah Al Washliyah, baik di Aceh maupun yang berada di Medan dari tahun 1926-1957. Kemudian beliau menjadi Lector pada Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan (1953-1954), menjadi Guru Besar Ilmu Fiqh dan Usul Fiqh pada Universitas Islam Sumatera Utara-UISU (1954-1957) dan dosen tetap pada Universitas Al Washliyah (UNIVA) sejak berdirinya universitas itu (1958) sampai akhir hayat HM Arsyad Thalib Lubis.

Sekitar tahun 1930, HM Arsyad Thalib Lubis menikah dengan seorang gadis pujaannya, Siti Yamaah Binti Kamil Bin Sampurna. Dari pernikahannya dengan gadis Melayu Deli, Sumatera Utara ini, dikaruniai 8 orang anak, masing-masing Anisa Fahmi Lubis, Mukhtar Hanif Lubis, Muslim Arif Lubis, Nur Azizah Hikmah Lubis, Khairan Lubis, Maisaroh Lubis dan Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis.

Putra kedelapan yakni Haji Hawari Arsyad Thalib Lubis, tinggal di kawasan Kayumanis, Matraman Jakarta Timur dan dikaruniai 4 orang anak, yakni Rahniz Faury Lubis, H. Wizdan Lubis (Ketua Umum PP GPA/PB Al Washliyah, wafat di Masjidil Haram Mekkah ketika menjadi petugas haji Indonesia tahun 2024), dan H.Muhammad Razvi Lubis (Ketua Umum PW GPA DKI/PB Al Washliyah) periode 2021-2026.

HM Arsyad Thalib Lubis, seorang di antara pendiri organisasi Al Jam’iyatul Washliyah. Sejak berdiri organisasi ini pada 9 Rajab 1349 Hijriyah atau bertepatan 30 November 1930 Masehi, beliau turut menjadi anggota Pengurus Besar Al Washliyah sampai 1956. Meskipun beliau tidak duduk dalam kepengurusan, beliau tetap aktif memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam kegiatan Al Washliyah yang bergerak di bidang pendidikan,dakwah dan sosial.

Dalam kegiatan dakwah,ulama ini aktif dalam zending (mubaligh) Islam Indonesia. Puluhan ribu orang dari Tanah Batak dan Karo, Sumatera Utara, masuk Islam di tangannya, bahkan menjelang akhir hayatnya, beliau telah mengislamkan tidak kurang dari dua ratus orang di Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan kondisi masanya, beliau juga melakukan berbagai perdebatan dengan tokoh-tokoh Kristen di Medan,seperti Pendeta Rivai Burhanuddin (Pendeta Kristen Adven),Van den Hurk (Kepala Gereja Katolik Sumatera Utara) dan Dr. Sri Hardono (tokoh Kristen Katolik). Berkat penguasaan ilmunya, beliau dengan mudah menguasai lawan debatnya dan hasilnya selalu diterbitkan dalam bentuk buku.

Dalam perjuangan kemerdekaan, beliau turut andil sesuai dengan bidangnya. Untuk membangkitkan semangat jihad melawan penjajah, beliau menulis buku Tuntunan Perang Sabil. Karena perjuangannya pada 29 Maret 1949 pendiri Al Washliyah ini ditangkap pihak Negara Sumatera Timur (NST) yang bertindak sebagai perpanjangan tangan penjajah Belanda.

Tuan HM Arsyad Tahlib Lubis, ditahan sebagai tawanan politik di penjara Sukamulia,Medan, Sumatera Utara, mulai 29 Maret 1949 sampai dengan 23 Desember 1949. Ketika dalam tahanan, isterinya tercinta, meninggal dunia.

Beliau di masa hidupnya juga pernah terlibat dalam dunia politik Indonesia dengan menjadi pengurus di Majelis Syuro Muslimin (Masyumi). HM Arsyad Thalib Lubis pernah pula menjadi Kepala Kantor Urusan Agama se- Sumatera Timur, (sekarang Kakanwil Depag) bahkan beliau merupakan perwakilan pertama ulama Al Washliyah ini pernah menjadi delegasi Indonesia berkunjung ke negeri Uni Soviet (Rusia sekarang) bersama beberapa ulama-ulama Indonesia lainnya.

Sebagai tokoh Al Jam’iyatul Washliyah, dalam fikih beliau menganut mazhab Syafi’i. Namun demikian ia bersikap terbuka dan hormat terhadap paham lain. Menurutnya kebebasan mengemukakan paham dan pendapat perlu mendapat tempat dalam masyarakat karena sangat penting artinya bagai kemajuan pengetahuan di kalangan umat Islam.

Kedudukan hukum fikih,menurut beliau, pada umumnya berkisar pada masalah zanni (tidak jelas dan tegas) yang kekuatannya berdasarkan “kuat sangka belaka”. Tidak “yakini” (dengan yakin) karena dapat digugurkan dengan ijtihad. Adapun ijtihad tidak dapat digugurkan dengan ijtihad karena sama kekuatannya.

Dalam usia 63 tahun, Kamis tanggal 6 Juli 1972 bertepatan 23 Jumadil Awal 1392 Hijriyah, HM Arsyad Thalib Lubis menghembuskan nafas terakhir karena sakit di RS Pirngadi, Medan, Sumatera Utara. (syamsir)

lihat lebih banyak lagi

Ketum PB Al Washliyah & Ketua PPLN Malaysia Hadiri HUT Kemerdekaan di Konjen RI Kota Kinabalu Sabah

KINABALU - Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM beserta Ketua Pengurus Perwakilan Luar Negeri (PPLN) Al Washliyah...

Setelah 52 Tahun, PB Al Washliyah Kembali Merajut Dakwah ke Negeri Sabah Malaysia

KINABALU - Setelah 52 tahun berlalu, Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) merajut kembali perjalanan dakwah dai Al Washliyah ke Negeri Sabah,...

Diantar Ambulance Alzis Washliyah, Anza, Penderita Tulang Rapuh Periksa Rutin Sekali Seminggu ke RSCM

Di BALIK senyum kecil yang selalu ia pancarkan, tersimpan perjuangan besar. Siti Nur Anzaini atau kerap disapa Anza. Adalah seorang gadis berusia 13 tahun...

MTs Al Washliyah Tanjung Morawa Gelar Pemilu Raya, Denin Alvaro – Mhd Rizky Akbar Terpilih Jadi Ketua dan Wakil Ketua OSIM

TANJUNG MORAWA - Pemilihan Umum (Pemilu) Raya Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Washliyah Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, sukses digelar yang diikuti oleh...