PUJI syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang diberikan kepada semua hamba-Nya, termasuk penikmat trip bersama Millionaire Club Indonesia (MCI) dari berbagai penjuru Nusantara. Usai berlayar dengan kapal pesiar mewah Cruise, penulis bersama istri [Yayah Nahdiyah) kembali menapakkan kaki di daratan Singapura.
Sambil menunggu jadwal penerbangan ke tanah air, hari itu saya akan menunaikan ibadah Salat Jumat pertama kali di negara jiran, Singapura. Sewaktu serapan jelang siang di sekitar pusat belanja Bugis, Singapura, saya minta informasi kepada satu pedagang makanan halal [kebetulan beliau fasih bahasa melayu], âMak cik, di mana masjid yang dekat untuk salat jumat,â tanya ku.
âOh di Masjid Sultan, dekat dan tak jauh dari sini,â jawab ibu setengah baya tersebut, sembari menunjuk arah masjid, meski pun saya belum melihat jelas bangunan dimaksud karena terhalang bangunan tinggi.
âMakasih mak Cik, di sini salat jumat jam berapa?â sambung ku.
âJam satu,â timpal seorang pria yang saat itu mau membeli sesuatu ke rumah makan nasi lemak itu.
âTerima kasih pak cik,â jawab ku singkat.
Selang beberapa saat, saya dan istri sepakat menuju masjid. Berdasar waktu jam MCI yang saya kenakan, waktu Salat Jumat sudah dekat. Tanya sana tanya sini dengan komunikasi terbatas, dibantu mbah google penentu arah jalan, kami berdua jalan kaki menyusuri trotoar jalan. Di Singapura, seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, bahwa jalan kaki di kota ini bukan hal gengsi, tapi sudah tradisi membawa sehat. Sepeda motor sangat jarang sekali, umumnya warga kota setempat penikmat jalan kaki, atau pengguna angkutan massal, MRT, LRT dan taksi.
Berdua menyusuri trotoar jalan Kota Singapura. Dari kejauhan mulai terlihat menara Masjid Sultan yang dituju. Kecepatan gerak jalan pun agak ditambah. Jam di MCI tangan ku sudah menunjukkan 11.45 Wib. Berarti waktu Singapura lebih cepat satu jam dari Indonesia. Makin dekat, semakin terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Al Qur`anul Karim, yang dipancarluaskan dari menara masjid.
Kemudian warga muslim setempat mulai bergegas menuju masjid bersejarah tersebut. Hanya saja, saya dengan istri harus terpisah sejenak setiba di halaman masjid itu. Karena petugas masjid melarang muslimah masuk masjid pada saat jemaah pria menunaikan Salat Jumat. Bahkan seorang petugas masjid minta istri saya supaya menunggu di pertokoan di luar kompleks masjid. Meski pun dijelaskan bahwa kami sebagai pelancong asal Indonesia. Malah dia menyarankan kaum muslimah boleh masuk masjid setelah jemaah pria usai Salat Jumat.
Menyimak sejarahnya, Masjid Sultan terletak di Kampong Glam, Distrik Rochor, Singapura. Lokasinya berada di antara Muscat Street dan North Bridge Road. Modal yang digunakan untuk pembangunan Masjid Sultan berasal dari bantuan Thomas Stamford Raffles yang juga memberikan izin kepada penduduk muslim untuk bermukim di wilayah Kampong Glam.
Pembangunan Masjid Sultan berlangsung selama masa pemerintahan Sultan Hussain Syah dari Kesultanan Johor. Pelaksana pembangunannya ialah Temanggung Abdul Rahman selaku kepala Pulau Singapura. Masjid Sultan mulai dibangun sejak tahun 1824 dan selesai pada tahun 1826. Pengelolaan Masjid Sultan diserahkan kepada cucu Sultan Hussain Syah yang bernama Alauddin Syah hingga tahun 1879. Bangunan masjid diperluas pada tahun 1924 setelah Singapura mengalami perkembangan pesat di bidang perdagangan, budaya dan seni rupa Islam pada awal tahun 1900-an.
Masjid Sultan merupakan masjid pertama yang dibangun di Singapura. Masjid Sultan telah menjadi salah satu objek pariwisata di Singapura. Struktur awal masjid ini dibangun sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan bekerja sebagai pedagang awal di Singapura. Mereka menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa etnik masyarakat Indonesia.
Kemudian pada 1920-an ia dibangun kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan sebagai produk pariwisata Singapura. Nama aáı£li jalan-jalan berdekatan masjid tersebut seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan Buáı£áı£orah Street masih dipertahankan penggunaannya.
Alhamdulilah, menunaikan Salat Jumat di Masjid Sultan ini terasa nyaman dan sejuk di relung hati. Sebelum khatib naik mimbar, seorang petugas masjid memimpin pembacaan sholawat nabi yang enak didengar. Kemudian pihak pengelola masjid juga menyediakan sejumlah layar monitor untuk menayangkan terjemahan khutbah yang menggunakan Bahasa Inggris ke bahasa melayu/Indonesia. Sementara bertindak selaku imam dan khatib pada Jumat 11 November 2022/16 Rabiul Akhir 1444 H adalah Dr.Quraisy Bin Thaha.
Kedatangan ribuan turis asal Indonesia ke Singapura terkait program trip bersama 6 ribu member MCI naik kapal pesiar Cruise. Sebagian di antaranya pada hari Kamis sore, langsung bertolak ke tanah air, daerah asal dengan menggunakan pesawat dan ada juga dengan kapal laut menyeberang ke Batam, Kepelauan Riau. Sebagian lagi ada yang menginap satu hari lagi untuk mengekspor lokasi wisata di Singapura, antara lain ke Taman Santosa dan Bola Dunia.
Oh iya guys. MCI itu menjual suplemen kesehatan dan kecantikan. Suatu ikhtiar untuk hidup sehat, selain itu MCI juga membuka peluang bisnis yang menggairahkan. Terbukti banyak melahirkan milioner baru sekaligus penyokong ketahanan ekonomi keluarga. Moga member MCI terus bergerak dan tidak tidur
Termotivasi untuk meraih impian keluarga dan kebahagian dunia wal akhirat. SemangatâĤsemangat!! Sampai jumpa trip berikutnyaâĤ.Wassalam.[syamsir/5 habis]