DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Hubungan Al Washliyah Dengan Universitas Al Azhar

MENARIK dicermati diskusi yang diadakan oleh Pengurus Besar (PB) Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah) melalui acara Ya Salam yang diadakan pada hari Senin, 20 Desember 2021.

Acara Ya Salam seri ke-30 kali ini mengundang KH. Sulaiman Effendi (Ketua Pimpinan Wilayah [PW] Al Washliyah Provinsi Banten) sebagai narasumber yang menyampaikan materi tentang “Mu‘adalah Ijazah Al Washliyah.”

Beberapa waktu sebelumnya, narasumber kali ini merupakan salah satu delegasi dari Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM) yang menemui Grand Syekh al-Azhar di Kairo, Mesir. Tujuan dari pertemuan ini terkait dengan rencana sejumlah pesantren modern dan salafiyah di Indonesia untuk mengajukan mu‘adalah dengan al-Azhar. Selama ini, pihak al-Azhar memang menerapkan persyaratan mu‘adalah ijazah terhadap semua calon mahasiswa yang akan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Tujuan dari mu‘adalah ini adalah agar kurikulum pesantren dan madrasah di Indonesia disetarakan dengan kurikulum madrasah di al-Azhar. Pihak al-Azhar menegaskan bahwa mahasiswa yang sudah memiliki ijazah mu‘adalah (penyetaraan dengan al-Azhar) bisa mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Al-Azhar tanpa mengikuti ujian seleksi.

Dalam acara Ya Salam kali ini, Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr. KH. Masyhuril Khamis, S.H., M.M. mengungkap bahwa kegiatan diskusi ini diselenggarakan sebagai respons terhadap adanya permintaan agar PB Al Washliyah melakukan kajian dan kerjasama ulang dengan pihak Universitas al-Azhar terkait penyetaraan ijazah madrasah Al Washliyah terutama Madrasah Al-Qismul ‘Aly. Harapannya, alumni madrasah Al Washliyah dapat mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas al-Azhar tanpa mengikuti ujian seleksi.


Beliau juga berharap narasumber dapat menginformasikan prosedur penyetaraan ijazah berdasarkan ketentuan al-Azhar. Selain itu juga, beliau berharap kampus-kampus Al Washliyah dapat kembali menjalin kerjasama dengan Universitas al-Azhar. Poin terakhir inilah yang akan menjadi fokus kajian artikel ini.

Secara khusus, artikel ini tidak ingin merangkum, apalagi mengomentari, materi dalam diskusi tersebut, melainkan hanya ingin menguak bagaimana sebenarnya hubungan Al Washliyah dengan Universitas al-Azhar selama ini. Data diperoleh dari bacaan terhadap berbagai literatur yang diterbitkan organisasi Al Washliyah selama ini. Kajian ini hendak menunjukkan bahwa Al Washliyah sudah membangun kerjasama dengan Universitas al-Azhar sejak sebelum era kemerdekaan dan berlanjut sampai era pasca kemerdekaan.

Al Washliyah pertama sekali menjalin kerjasama dengan Universitas al-Azhar tatkala Al Washliyah mengutus Ismail Banda (Ketua Al Washliyah pertama) dan Baharuddin Ali untuk melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar. Sebelum mereka, Isma’il Abdul Wahab (pernah menjadi Ketua Bahagian Tabligh Al Washliyah Kabupaten Asahan) juga belajar di Universitas al-Azhar. Mereka tiba di Kairo, Mesir pada tanggal 31 Mei 1936, enam tahun setelah Al Washliyah diresmikan. Sebelum itu, keduanya merupakan pelajar di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) dan kemudian selama empat tahun belajar di Madrasah Shaulatiyah dan Masjidilharam di Makkah.

Dua tahun kemudian, mereka memperoleh beasiswa dari Universitas al-Azhar, dan bantuan berupa uang bulanan itu mulai diberikan sejak pertengahan tahun 1938. PB Al Washliyah kemudian mengirim surat berbahasa Arab langsung kepada Grand Syekh al-Azhar saat itu, Syekh Muhammad Mushthafa al-Maraghi (w. 1945), sebagai bentuk apresiasi dan ucapan terima kasih Al Washliyah. Ismail Banda kemudian meraih gelar B.A. (1940) dan M.A. (1942) dalam bidang Filsafat dari Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar. Peristiwa ini merupakan kali pertama PB Al Washliyah berkorespondensi dengan Grand Syekh al-Azhar.

Setelah itu, hubungan Al Washliyah dengan Universitas al-Azhar terus berlanjut. Pada tanggal 1 September 1955, Syekh ‘Abd. al-Rahman Taj sebagai Grand Syekh al-Azhar mengunjungi Majelis Perawatan Anak Miskin dan Yatim Piatu Al Washliyah yang terletak di Jalan Ismailiyah dan Pulo Brayan di Medan. Grand Syekh al-Azhar disambut oleh H. Udin Sjamsuddin selaku Pemangku Ketua Umum PB Al Washliyah. Saat itu, Ismail Banda dan Abdurrahman Sjihab sebagai tokoh penting Al Washliyah sudah wafat. Dalam pertemuan itu, Grand Syekh al-Azhar memberikan ceramah dan hadiah berupa kitab-kitab berbahasa Arab.

Grand Syekh al-Azhar, dalam kesempatan itu, juga berjanji akan memberikan bantuan seperlunya kepada Al Washliyah untuk pengembangan dakwah Islam dan pemeliharaan anak miskin dan yatim piatu, terutama akan membantu mereka yang hendak kuliah di Universitas al-Azhar. Dukungan Grand Syekh al-Azhar ini tentu semakin membangkitkan semangat PB Al Washliyah dalam mengembangkan amal usahanya.

Kemudian, pada bulan Juli 1960, Syekh Mahmud Syaltut (Grand Syekh al-Azhar saat itu) bersama rombongan mengunjungi Universitas Al Washliyah (UNIVA) di Medan. Tentunya, kunjungan ini mampu menambah semangat untuk maju di kalangan sivitas akademika UNIVA. Saat itu, kurikulum fakultas agama di UNIVA mengikuti kurikulum Universitas al-
Azhar. Dalam pertemuan itu, Grand Syekh al-Azhar memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan UNIVA. Kehadiran Grand Syekh al-Azhar ini merupakan usaha dari Ja’far Zainuddin yang merupakan perwakilan UNIVA di Jakarta, dan juga merupakan tokoh penting Al Washliyah. Saat itu, Al Washliyah dipimpin oleh H. Udin Sjamsuddin yang dalam pertemuan itu memberikan cendramata kepada Grand Syekh al-Azhar.

Menurut Prof. M. Hasballah Thaib (1993), pada tahun 1971, Grand Syekh al-Azhar, Syekh Muhammad al-Fahham, kembali mengunjungi UNIVA. Ia saat itu berkunjung ke UNIVA sembari menghadiri kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-IV di Medan pada bulan Oktober 1971. Saat itu, kurikulum Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin UNIVA memang mengakomodir kurikulum Universitas al-Azhar. Alasan di balik penggunaan kurikulum al-Azhar ini adalah bahwa kurikulum Universitas al-Azhar dinilai oleh pimpinan UNIVA akan mampu melahirkan ulama menurut versi Al Washliyah, yakni ulama yang bermazhab Syâfi‘i. Dengan demikian, kesamaan ideologi menjadi penentu hubungan antara UNIVA dan Universitas al-Azhar.

Pada periode berikutnya, Prof. Drs. Nukman Sulaiman sebagai Rektor UNIVA mengadakan kunjungan ke Universitas al-Azhar. Ia mengunjungi kampus ternama ini pada tanggal 31 Mei 1975. Saat itu, ia diterima oleh Syekh ‘Abd al-Halim Mahmud (w. 1978), Grand Syekh al- Azhar periode 1973-1978. Tujuan kunjungan ini adalah untuk menjalin kerjasama antara UNIVA dengan Universitas al-Azhar sebagai kampus Islam tertua dan berpengaruh di dunia Islam. Dalam pertemuan itu, Grand Syekh al-Azhar memberikan banyak petunjuk kepada Rektor UNIVA saat itu terkait pengelolaan Universitas al-Azhar, termasuk perihal keberadaan badan wakaf yang menaungi Universitas al-Azhar, sebuah badan wakaf yang memiliki kekayaan melimpah dan mampu memberikan beasiswa kepada banyak pelajar Muslim dari seluruh dunia Islam. Kunjungan ini juga memberikan dampak bagi mahasiswa UNIVA yang ingin diterima dan menjadi mahasiswa di Universitas al-Azhar. Kunjungan ini tentu membuat hubungan al-Azhar dan Al Washliyah semakin mantab.

Paparan di atas menunjukkan bahwa Al Washliyah sudah menjalin hubungan kerjasama dengan Universitas al-Azhar sejak era kolonial, yakni saat Ismail Banda dan Baharuddin Ali mendapatkan beasiswa dari kampus Islam tertua tersebut, dan PB Al Washliyah mengirimkan surat berbahasa Arab langsung kepada Grand Syekh al-Azhar saat itu, Syekh Muhammad Mushthafa al-Maraghi. Sejak saat itu sampai era terkini, banyak pelajar Al Washliyah yang melanjutkan pendidikan ke Universitas al-Azhar. Sebagian ustaz dan ulama Al Washliyah saat ini merupakan alumni Universitas al-Azhar. Secara tidak langsung, pemikiran keagamaan Universitas al-Azhar mempengaruhi pemikiran keagamaan Al Washliyah yang dikenal sebagai organisasi Islam moderat yang bermazhab Syâfi‘i dalam bidang fikih dan bermazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah dalam bidang akidah.

Itulah mengapa orientasi keagamaan Al Washliyah selama ini bermuara pada paham wasathiyyah (moderat). Hal ini diisyaratkan secara lugas oleh Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah periode 2015-2020, Ustaz Ramli Abdul Wahid, dalam bukunya yang berjudul Peranan Islam dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekuler. Kesamaan ideologi memungkinkan kedua belah pihak menjalin kerjasama.

Karena itu, hubungan kerjasama antara Al Washliyah dan Universitas al-Azhar harus kembali dijalin dan ditingkatkan. Tentunya harapan Ketua Umum PB Al Washliyah dalam acara Ya Salam seri ke-30 yang lalu harus direspons secara serius oleh seluruh pimpinan perguruan tinggi Al Washliyah. Hal ini penting, terutama dalam rangka menginternasionalisasikan Al Washliyah, termasuk seluruh perguruan tingginya. Bahkan bukan hanya dengan Universitas al-Azhar, Al Washliyah melalui kampus-kampusnya harus mampu membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai kampus ternama di luar negeri dengan tetap memiliki kesadaran yang tinggi bahwa Al Washliyah merupakan organisasi Islam yang bermazhab Syâfi‘i dan Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah.

Al Washliyah perlu juga mempersiapkan secara matang kompetensi para dosen, mahasiswa dan pelajarnya, terutama mereka yang pernah menjadi kader Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) dan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH) agar mampu memperoleh beasiswa dan bisa belajar di kampus-kampus ternama di dunia. Ini penting diperhatikan, karena kader-kader IPA dan HIMMAH akan menjadi pemimpin Al Washliyah di masa mendatang. Kualitas pemimpin masa depan Al Washliyah perlu dipersiapkan sejak dini.

Nashrun minallâh wa fathun qarîb, wabasysyiril mu’minîn.

Dr. Ja’far, M.A.

 Dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Aceh.
 Ketua Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026.

lihat lebih banyak lagi

Kemnas Pramuka Al Washliyah: Membaca Masa Lalu dan Masa Depan

KEMAH Nasional (Kemnas) Pramuka Al Washliyah akan diselenggarakan pada tanggal 8-10 Nopember 2024 di Kempa 2 Buperta Cibubur, Jakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan...

Kemah Nasional Menyegarkan Sejarah Pandu Al Washliyah

PERGELARAN akbar Kemah Nasional (Kemnas) Pramuka atau Pandu Al Washliyah pada tanggal 8-10 Nopember 2024 di Kempa 2 Buperta Cibubur, Jakarta, yang digagas PB...

Kemah Nasional Pramuka, Refleksi Sejarah Pandu Al Washliyah

PERHELATAN kemah nasional Pramuka Al Washliyah tahun 2024, yang Insya Allah digelar pada 08-10 November 2024 di Kempa 2 Buperta Cibubur, Jakarta Timur, tentunya...

ISARAH Langsa Ikuti Lokakarya di Universitas Samudera

LANGSA - Ikatan Sarjana Al Washliyah (ISARAH) Langsa, Provinsi Aceh yang diwakili oleh Iska Ardyanti dan Chandilla Khairani menghadiri kegiatan lokakarya pemanfaatan hikayat sebagai...