AL JAMIYATUL WASHLIYAH dalam anggaran dasarnya tersebut: "Al Washliyah berasaskan Islam, beri'tikad ahlussunnah wal jamaah dalam fiqih bermazhab Syafi
i
H.M. Ridwan Ibrahim Lubis, menjelaskan, “Al Washliyah bermazhab Syafii artinya dalam mengambil keputusan hukum Islam bersama ormas lainnya, dia adalah bersumberkan kepada tiori Imam Syafii mengambil hukum, ini berarti bukan orang Washliyah secara pribadi bermazhab Syafii, itu tidak mesti, tapi secara organisasi, demikian halnya. [Methode Berpikir Imam Syafii, 1982].
Mengutip dari tulisan Dr. Ja’far, MA, Ketua Lembaga Kajian Strategis PB. Al Washliyah [ 2021-2026] menyebutkan, “Terlihat bahwa Al Washliyah merupakan organisasi berasas Islam. Dalam bidang Fikih Al Washliyah menganut mazhab Syafii. Dalam bidang akidah, Al Washliyah menganut mazhab Ahlussunnah wal jamaah.
Dengan demikian Ja’far menggaris bawahi, ada tiga kata kunci terkait dengan pemahaman keagamaan Al Washliyah yakni Islam, mazhab Syafii, dan mazhab Ahlussunah wal jamaah.” dikutip dari washliyah. or.id. 26/9/2021.
Sekilas Riwayat Imam Sayfii
Imam Syafii, nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib.
Beliau juga sering dipanggil Abu Abdillah. Dari nasabnya, kita mengetahui bahwa beliau termasuk anak paman Nabi. Berarti satu kakek dengan Nabi, yaitu Abdi Manaf. Beliau lahir di Baitul Maqdis, Palestina, namun besar di Kota Mekkah.
Imam asy-Syafii lahir di Gaza tahun 150 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya Imam Abu Hanifah, sebagaimana keterangan Imam adz-Dzahabi.
Ayah beliau Idris bin al-Abbas meninggal dalam usia muda, dan meninggalkan Imam Syafii yatim dalam asuhan ibunya, hal yang membuat ibunya mengkhawatirkan pendidikannya.
Akhirnya, ibu beliaupun mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halaman mereka, yaitu Makkah, agar beliau dapat tumbuh disana. Pada saat itu umur Imam Syafii baru menginjak 2 tahun.
Sesampainya di Makkah beliau mengikuti latihan memanah. Ternyata Imam Syafii mempunyai bakat luar biasa dalam memanah. Bayangkan, dalam 10 kali tembakan, hanya sekali saja meleset dari sasaran.
Setelah mahir dalam memanah, beliau menekuni Bahasa Arab dan sya’ir hingga beliau menjadi pemuda yang paling unggul dalam bidang tersebut. [Ar-Risalah, 2013].
Kecerdasan Imam Syafii.
Kecerdasan Imam Syafii dari sisi kepasihannya berbicara, keindahan suaranya membuatnya selalu dikerumuni oleh manusia di mana ia berada.
Imam Malik sendiri sangat kagum kalau Imam Syafii menerangkan buku karangannya Muwatthok dan kalau ia membaca Al Quran berjatuhan benda yang ada di tangan pendengarnya dan mereka menangis tersedu [tersendan-sedan].
Demikian juga pandangannya yang tajam mengandung telepati yang dalam, sehingga ia amat cepat mengetahui gerak-gerik orang. Keihklasan dan kejujurannyalah membuat otaknya dan hatinya bersinar tajam sehingga begitu cepat ia menghafal dan menguraikannya dengan tepat dan jelas dan menimbulkan keberanian yang hebat dalam memberikan hujjah-dalil-nya.
Imam Syafii, juga dikenal seorang yang dinamis dalam berpikir, kuat, tajam, tegas, lugas dan tandas. Akbibat itulah kita kenal ada fatwa lamanya disebut dengan “Qaul Qadim” sewaktu ia di Baghdad dan kemudian fatwa barunya disebut dengan “Qaul Jadid” sesudah ia berada di Mesir. [ Methode Berpikir Imam Syafii, 1982].
Al Washliyah ber-mazhab Imam Syafii.
Menurut pendapat, H.M. Ridwan Lubis, “Al Washliyah ber-mazhab Imam Syafii, bukanlah berarti kultus Imam, tapi mencoba meneladani orang yang pernah sukses patut dicontoh apalagi kesuksesannya itu adalah di petik dari sumber asli hukum Islam ialah al-Quran dan Hadits seperti pernyataan Imam Syafii, “Kalau hadits itu shohih itulah mazhab-ku.” dikutip dari Metode Berpikir Imam Syafii, 1982.
Imam Syafii mempunyai dinamika jiwa yang hidup, dinamika berpikir yang maju, mempunyai methode yang terperinci mudah, maukah mereka yang mengatakan dirinya ber-mazhab Syafii seperti Al Washliyah berjiwa dan berpikir dan bermethode seperti Imam SyafiiâĤ..?
Maukah pengikut mazhabnya yang di Indonesia ini amat banyak, mempunyai sikap mental dan dinamika hidup seperti Imam SyafiiâĤ..?
Maukah membuat sistimatika berbuat yang sistimatis praktisâĤ..?. Dan maukah menggali dan menggali agar menemukan idee demi idee, seperti Imam SyafiiâĤ..?
Karena Al Quran menerangkan: kamu tidak ditanya atas karir umat terdahulu, tapi kamu akan di tanya apa karir-mu [mana karya-karya-mu]. Bagi mereka karir mereka, bagi anda karir anda.
Semoga amal mereka yang telah terdahulu di terima Allah Swt sebagai karya al ilmu yuntafa’u bihi dan bagi selanjutnya semoga diberikan Allah ilham, sinar hati dinamika jiwa, bergerak maju hidup bergairah, mencari ridho dan kasih sayang Allah SWT.
Aamiin ya Rabbal a’lamiin.
Wallahu a’lam bisha sahwab.
Nashrun minallahi wa fathun qariib wa basyssyiril mu’minin.
Aswan Nasution
*Penulis, Alumni 79′ Al Qismul A’ly, Al Washliyah, Ismai’liyah, Medan,Sumatera Utara.
*Alumni 83′ Fak. Syari’ah Universitas Islam Sumatera Utara [ UISU ] Medan.
*Pengurus Wilayah Al Washliyah Provinsi Nusa Tenggara Barat [NTB] Periode 2019-2024.