Di ANTARA jenis-jenis zikir yang mengandung kebaikan dan keberkahan, mendatangkan pahala dan ganjaran ialah, istighfar kepada Allah Swt., bershalawat atas Nabi pilihan dan berdoa.
Memperbanyak istighfar adalah perbuatan penting yang sangat dianjurkan oleh agama. Sebagaimana Allah Swt. telah memerintahkan dan menggalakkan kita agar senantiasa beristighfar. Allah Swt. berfirman, “Dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah, 2:199). Dalam surat Muhammad, 47:19, “Dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu’min, laki-laki dan perempuan.”
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Apabila kalian mampu memperbanyak istighfar maka lakukanlah, karena sesungguhnya tiada suatu amalan pun yang lebih berhasil di sisi Allah Swt. dan lebih disukai oleh-Nya selain istighfar (memohon ampun).” (HR. Hakim).
Manusia dalam hidupnya tidak dapat luput dari dosa, karena itu hadits ini menganjurkan kepada manusia agar banyak membaca istighfar dan memohon ampun kepada Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sebagai seorang yang telah di ma’shum dari perbuatan dosa, masih tetap membaca istighfar.
Dalam hadits lain Nabi Saw. telah bersabda, “Barangsiapa meminta ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali pada setiap harinya, niscaya ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang dusta. Dan barang siapa meminta ampun kepada Allah setiap malamnya sebanyak tujuh puluh kali, niscaya ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai (kepada Allah)”. (HR. Ibnus Sinni melalui Aisyah r.a.).
Hadits ini sama dengan hadits terdahulu yaitu menganjurkan kepada kita untuk banyak ber-istighfar memohon ampunan kepada Allah Swt. sedangkan Nabi Saw. sendiri setiap harinya selalu ber-istighfar lebih dari tujuh puluh kali, terlebih lagi kita manusia biasa yang setiap harinya dipenuhi dengan dosa-dosa.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak bisa disebut sebagai orang yang menetapi perbuatan dosa, yaitu seseorang yang beristighfar (meminta ampunan), sekalipun ia kembali mengerjakan perbuatan dosa sebanyak tujuh puluh kali sehari.” (HR. Tirmidzi melalui Abu Bakar r.a.).
Tidaklah termasuk kelompok orang berdosa, seseorang yang memohon ampun dengan cara bertobat atau mengerjakan amal saleh seperti zikir dan amal saleh lainnya, bahkan ia mengulanginya hingga sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari, sekalipun kadang-kadang ia melakukan perbuatan dosa.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan.” (QS. Hùd, 11:3).
Rasulullah Saw. bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan tentang penyakitmu dan penawarnya? Ingatlah, bahwa penyakitmu ialah dosa, dan penawarnya ialah istighfar (mohon ampunan kepada Allah Swt.)”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Beruntunglah orang yang menemukan di dalam lembaran (catatan amal)nya istighfar yang banyak.” (HR. Ibnu Majah). Dikatakan demikian karena ampunan yang diperolehnya sama banyaknya dengan istighfar yang ia lakukan, hingga catatannya bersih dari dosa-dosa. “Barangsiapa yang menginginkan lembaran catatan amal perbuatannya menyenangkan, hendaknya ia memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah).” (HR. Baihaqi melalui az-Zubair).
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Barangsiapa banyak beristighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitannya, dan dari setiap kesempitan penyelesaiannya, serta Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga sebelumnya.” (HR. Ahmad).
Di antara keistimewaan beristighfar ialah orang yang banyak melakukannya akan diberi jalan keluar dari setiap kesusahan yang menimpanya; dan dari setiap kesempitan yang dialaminya, diberi jalan penyelesaian; serta diberi rezeki dari arah yang tidak diduga-duga olehnya.
Nabi Saw. telah bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan istighfar, karena sesungguhnya iblis telah berkata, “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa-dosa, tetapi mereka membinasakan diriku dengan kalimah Laa ilaaha illallaah dan istighfar istighfar. Setelah aku melihat hal tersebut lalu aku membinasakan mereka melalui hawa nafsunya, sedangkan mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam petunjuk.” (HR. Abu Ya’la melalui Abu Bakar r.a.).
Hadits ini menerangkan tentang keutamaan membaca kalimah tauhid dan ber istighfar. Kalimat tauhid dapat mempertebal iman, sedangkan istighfar dapat menghapus dosa. Apabila seseorang banyak membaca istighfar dan kalimah tauhid, maka iblis binasa karenanya; semakin banyak seseorang mengerjakan keduanya, semakin sempit jalan bagi iblis untuk menjerumuskannya ke dalam kesesatan.
Dalam hadis lain disebutkan, “Berkata setan, ‘Demi kemuliaan dan kebesaran Engkau, wahai Tuhan! Aku tidak akan berhenti sejenak pun dari menggoda hamba-hamba-Mu, selagi arwah mereka dikandung badan’. Allah Swt. berfirman, ‘Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, Aku akan tetap mengampuni mereka selagi mereka memohon ampun kepada-Ku”.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Raja segala istighfar ialah hendaknya engkau mengucapkan kalimat berikut: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tiada Tuhan selain Engkau; Engkaulah yang telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu; aku berada di atas janji-Mu semampu diriku. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itu ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.” (HR. Ahmad).
Kalimah ini merupakan sayyidul istighfar atau pemimpin istighfar karena di dalamnya terkandung permohonan ampun yang mencakup semuanya.
Yakinlah, bahwa taubat dan istighfar adalah perbendaharaan amal dan bakti, dan keduanya juga merupakan kunci pendekatan diri kepada Allah Swt dan penyebab keberkatan-Nya, di samping meluruskan jalan menuju segala amal kebajikan, baik untuk dunia maupun akhirat. Karena itu, biasakanlah bertaubat dan beristighfar sepanjang siang dan malam, semoga Allah Swt merahmati kita. Wallahu A’lam bish-Shawabi.
Drs.H. Karsidi Diningrat, M.Ag
- * Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung
- * Wakil Ketua Majelis Pendidikan PB Al Washliyah.
- * Mantan Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat