DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Kesombongan Pemimpin Bisa Membawa Kehancuran

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’: 37).

KETIKA Umar bin Khattab belum masuk Islam, Rasulullah SAW pernah mendoakannya bersamaan dengan doa yang diberikannya untuk Abu Jahal.

“Ya Allah perkuatlah Islam ini dengan dua Umar”. Yang dimaksud dengan dua Umar, menurut para ahli sejarah Islam, adalah Umar bin Khattab dan Abu Jahal yang keduanya sama-sama memiliki pengaruh dan kharisma yang kuat kepada masyarakat Arab ketika itu.

Akan tetapi, sebagaimana sama-sama kita maklumi, bahwa hidayah dan petunjuk Allah SWT datang kepada Umar bin Khattab, sehingga beliau menjadi mujahid pendekar dan pejuang Islam yang terkenal sangat gagah berani, bahkan beliau akhirnya menjadi Khalifah Rasyidin yang kedua setelah Abu Bakar.

Sementara Abu Jahal tetap dalam kekufurannya dan kejahiliyahannya serta kebenciannya kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya sampai dengan kematian menjemputnya.

Salah satu sebab terhalangnya hidayah Allah SWT kepada Abu Jahal karena kesombongan dan ketakaburannya yang tidak mau menerima masukan dan nasihat dari orang lain.

Sementara Umar bin Khattab walaupun sangat gagah berani dan banyak orang yang tidak mampu menatap wajahnya karena sorotan matanya yang tajam, ia tetap tawadlu dan rendah hati.

Bahkan ketika ia menjadi khalifah pun, di samping sangat santun dan penyayang kepada rakyatnya, beliau mau menerima kritikan dan teguran dari mereka.

Suatu ketika pernah tejadi bahwa seorang perempuan dusun yang tidak dikenal, yang mengkritik pernyataannya yang dianggap tidak sesuai dengan AlQuran yaitu tentang besarnya mahr (maskawin).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata, “Kesombongan ataupun ketakaburan, selalu merasa diri paling benar, dengan demikian harus selalu dijauhi oleh setiap orang mukmin apalagi yang menjadi pemimpin, karena hanya akan mengundang laknat dan kutukan dari Allah SWT.” dikutip dari Ensiklopedi Ibnul Qayyim Al Jauziyyah, Mei 2014.

Syaithan menjadi makhluk yang terkutuk karena kesombongannya kepada Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:

“Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. (QS. Al-Araaf: 13).

Sedangkan menurut pandangan KH. Didin Hafidhuddin, bahwa “dalam realitas kehidupan penyebab kesombongan itu bermacam-macam, dan salah satunya adalah kesombongan karena memiliki kekuasaan.

Penguasa yang sombong akan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai macam cara, bisa dengan fitnah, mengadu domba, mengucilkan, mengusir bahkan juga membunuh setiap orang atau kelompok orang yang dianggap akan mengganggu kekuasaannya” ungkapnya.

Masih menurut pendapat KH. Didin, “Orang yang mabuk kekuasaan akan menganggap setiap sasaran kritikan, dan nasihat yang baik dan sesuai dengan kenyataan, hanyalah sekedar manuver-monuver politik yang akan menjatuhkannya.

Padahal sesungguhnya, penyebab kejatuhan kekuasaan itu bukanlah karena kritikan, akan tetapi karena perilaku penguasa itu sendiri, sebagaimana banyak dikisahkan di dalam AlQuran”. dikutip dari kolom hikmah Republika, 5/6/2005.

Terkait dengan hal tersebut di atas, Al-qur’an memaparkannya tentang kisah para pemimpin dahulu dan bangsa-bangsa besar serta kuat yang kemudian dihancurleburkan.

Seperti kisah Firaun, Qarun, kaum ‘Ad, Tsamud, serta umat Nabi Nuh, mereka semua adalah manusia yang menyombongkan diri kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.

Mudah-mudahan kita semua, dijauhkan dari sifat-sifat kesombongan dan ketakaburan yang hanya akan mengundang laknat dan kutukan dari Allah SWT, Amiin. Wallhu a’lam bish shawab.

Nashrun minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mu’minin.

Aswan Nasution


•Penulis Alumni 79′ Al Qismul ‘Aly Al Washliyah, Isma’iliyah, Medan, Sumatera Utara.

•Pengurus Wilayah Al Washliyah Prov. Nusa Tenggara Barat, Periode 2019-2024.

lihat lebih banyak lagi

Ketua PB Al Washliyah Prof Deding Sampaikan 9 Masalah RUU Perubahan Tentang Haji & Umrah di DPR

JAKARTA - Ketua Bidang Hukum dan HAM Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Prof Dr.H.Deding Ishak, SH,MM menyampaikan 9 (sembilan) point besar...

Ketum PB Al Washliyah & Ketua PPLN Malaysia Hadiri HUT Kemerdekaan di Konjen RI Kota Kinabalu Sabah

KINABALU - Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM beserta Ketua Pengurus Perwakilan Luar Negeri (PPLN) Al Washliyah...

Setelah 52 Tahun, PB Al Washliyah Kembali Merajut Dakwah ke Negeri Sabah Malaysia

KINABALU - Setelah 52 tahun berlalu, Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) merajut kembali perjalanan dakwah dai Al Washliyah ke Negeri Sabah,...

Diantar Ambulance Alzis Washliyah, Anza, Penderita Tulang Rapuh Periksa Rutin Sekali Seminggu ke RSCM

Di BALIK senyum kecil yang selalu ia pancarkan, tersimpan perjuangan besar. Siti Nur Anzaini atau kerap disapa Anza. Adalah seorang gadis berusia 13 tahun...