DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Mengkonservasi Karya-karya Ismail Banda

ISMAIL BANDA adalah Ketua Al Jam’iyatul Washliyah periode 30 November 1930-Juni 1931. Artinya, ia merupakan ketua pertama Al Washliyah. Sebelum itu, ia juga menjadi Penasihat Perkumpulan Pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) yang bertujuan debating club, dan Ketua Persiapan Al Washliyah yang dibentuk pada tanggal 26 Oktober 1930. Tentu, ia adalah sosok fenomenal, dan di era terkini boleh dikatakan belum ada peneliti yang berhasil menggali pemikiran-pemikirannya sebagaimana tertuang dalam seluruh karya kesarjanaannya.

Tentu saja hal ini bisa dimaklumi mengingat seluruh karya-karyanya masih sulit ditemukan. Memang, beberapa artikel dan sebuah buku karangannya sudah berhasil ditemukan, dan semua karya yang sudah ditemukan itu dinilai penting untuk segera diterbitkan ulang agar bisa menjadi pedoman bagi perjuangan Al Washliyah hari ini, esok dan masa mendatang. Sebab, tidak etis rasanya jika perjuangan Al Washliyah tidak diilhami dari pikiran-pikiran brilian para pendirinya.

Semua kader Al Washliyah tentunya mengenal sosok Ismail Banda. Ia lahir di Medan, 21 April 1909 dan wafat dalam sebuah kecelakaan pesawat di Teheran, Iran, 22 Desember 1951.Ia belajar dasar-dasar agama di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) dimana ia menjadi murid Syekh Muhammad Yunus. Di institusi pendidikan Islam tradisional ini, ia mendalami dasar ilmu-ilmu keislaman terutama bahasa Arab, tafsir, hadis, tauhid, fikih dan akhlak.

Setelah tamat di tahun 1928, ia kemudian menjadi guru di madrasah tersebut sampai tahun 1932, sampai akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan pelajarannya ke Madrasah al-Shaulatiyah di Makkah. Pada tanggal 31 Mei 1936, ia pergi ke Kairo, Mesir dan melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar dimana ia meraih gelar B.A. (1940) dan M.A. (1942) dalam bidang filsafat.

Sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi salah satu figur penting dalam usaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di luar negeri. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia dan disusul oleh negara-negara Arab lainnya merupakan salah satu buah dari perjuangan Ismail Banda dan teman-temannya. Diskusi mengenai hal ini memang sangat menarik, akan tetapi fokus artikel ini adalah karya-karyanya yang selama ini masih terabaikan.

Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah secara khusus akan menerbitkan sebuah buku berjudul Merantau Demi Republik: Biografi dan Kearifan Ismail Banda (1909-1951) dimana akan diungkap biografi dan pemikirannya, termasuk perjuangannya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia selama ia berdomisili di luar negeri.

Selama ini, karya-karya Ismail Banda sempat dianggap hilang mengingat karya-karya itu tidak ditemukan di perpustakaan milik Al Washliyah maupun perpustakaan milik pemerintah. Sempat diduga bahwa ia tidak pernah menulis buku, mungkin hanya tulisan berbentuk berita mengingat pekerjaannya sebagai wartawan. Atau juga, tak mungkin lagi menemukan karyanya mengingat anak tunggalnya sudah tiada. Akan tetapi, semua ini memang dugaan saja akibat kelemahan dan kelangkaan informasi mengenai sang tokoh.

Memang selama ini seakan tidak ada lagi yang peduli terhadap karya-karyanya. Syukurlah bahwa perkembangan teknologi informasi di era digital saat ini secara tidak sengaja ikut mengambil andil dalam proses penemuan karya-karya Ismail Banda. Tak disangka, sebagaimana pendiri Al Washliyah lainnya, ia memiliki tradisi tulis yang baik. Betul bahwa ia seorang aktivis pergerakan bahkan pejuang kemerdekaan di luar negeri, akan tetapi ia ternyata memiliki tradisi belajar yang sangat baik, sehingga ilmunya mendalam dan luas. Ia juga tidak lupa menuliskan pikiran dan pengalamannya, baik dalam bentuk artikel maupun buku.

Seluruh karyanya merupakan warisan intelektual yang agung bagi konstituen Al Washliyah yang diharapkan dapat membaca, memahami, menghayati dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan berorganisasi, beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ismail Banda sangat patut dimasukkan dalam jajaran para pendiri bangsa mengingat perjuangan dan pengorbanannya bagi bangsa dan negara Indonesia di luar negeri sebelum dan sesudah era kemerdekaan.

Karya-karya Ismail Banda bisa dibagi menjadi tiga periode. Pertama, periode 1932-1936, yakni karya-karya terutama berbentuk artikel yang ditulisnya selama belajar di Makkah, di antaranya berjudul (1) Hikmat Sjari’at, (2) Apa Palestina akan Djadi Doenia Jahoedi?, (3) Keadaan Moeslimin Dahoeloe dan Sekarang, dan (4) Apa Kata Nasionalist Hidjaz terhadap Bangsa Lain jang Tinggal Disana?.

Kedua, periode 1936-1946, yakni karya-karya yang ditulis selama Ismail Banda belajar dan berjuang di Kairo, Mesir (ia tiba di Kairo, Mesir dari Makkah pada tanggal 31 Mei 1936), terutama berbentuk artikel di antaranya berjudul (1) Peringatan Ilahi, (2) Tjatetan dan Pemandangan, (3) Tjatetan dari Mesir, (4) Azhar al-Sjarif, (5) Islam Kembali Meningkati Tempat Keemasan, (6) Oesoel Hadist, (7) Sekitar Congres Pembela Palestina di Cairo, dan (8) Masalah Palestina Meletoes: Tjermin Perbandingan bagi Oemat Islam.

Ketiga, periode 1947-1951, yakni karya yang ditulis setelah kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, di antaranya sebuah buku bernilai historis yang berjudul Pengakoean Mesir dan Politik Arab League (Yogyakarta,1947).

Tentu saja, karya-karya Ismail Banda di atas perlu diterbitkan kembali. Ini penting dilakukan, terutama untuk menyelamatkan kearifan para pendiri Al Washliyah, menjadi referensi utama kader-kader Al Washliyah, memberi inspirasi bagi pengurus Al Washliyah di era terkini dalam mengembangkan dan memajukan organisasi, dan memperkuat bukti bahwa Al Washliyah merupakan salah satu pemegang saham Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Seluruh perpustakaan Al Washliyah (di sekolah, madrasah, perguruan tinggi, dan kantor-kantor Al Washliyah, mulai dari tingkat Pimpinan Ranting sampai tingkat Pengurus Besar) perlu mengoleksi karya-karya pendiri Al Washliyah, khususnya Ismail Banda. Selain itu, perlu usaha kolektif dan berkesinambungan dalam menemukan karya-karya Ismail Banda lainnya dan menerbitkannya kembali dalam konteks kekinian di masa mendatang.

Nashrun minallâh wa fathun qarîb, wa basysyiril mu’minîn.

Dr. Ja’far, M.A.
Ketua Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026

lihat lebih banyak lagi

Insya Allah, STIE Al Washliyah Sibolga Berubah Menjadi Institut Bisnis dan Teknologi

JAKARTA - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Washliyah Sibolga, Sumatera Utara, Insya Allah berubah menjadi Institut Bisnis dan Teknologi Al Washliyah, dalam Waktu dekat...

PW GPA Sultra Gelar Turnamen Diikuti 32 Tim Sepakbola, Iksan: Ini Ajang Pembinaan

KENDARI - Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Al-Washliyah (PW GPA) Sulawesi Tenggara (Sultra) akan menggelar turnamen sepakbola yang berlangsung dari tanggal 8 September hingga 27...

Washliyah Kabupaten Cirebon Gelar Rakerda: Fokus Penguatan Identitas dan Program Kerja

KUNINGAN - Organisasi Masyarakat Islam Al Washliyah Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat sukses menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) pada Sabtu, 31 Agustus 2024, di...

Kemah Nasional Pramuka Al Washliyah di Buperta Cibubur 8,9 dan 10 November 2024

JAKARTA - Kemah Nasional (Kemnas) Pramuka Al Washliyah tahun 2024 akan diselenggarakan di Kempa 2 Buperta Cibubur, Jakarta Timur, Insya Allah pada tanggal 8,9...