Buku DINAMIKA PERGERAKAN AL WASHLIYAH DARI ZAMAN KE ZAMAN ini pertama kali terbit pada tahun 2015, dan diterbitkan kali pertama atas kerjasama Perdana Publishing dengan Centre for Al Washliyah Studies (CAS) yang saya dirikan bersama saudara Dr. Ja’far, M.A. dan beberapa teman pada tahun 2012. Sedangkan cetakan kedua diterbitkan oleh Perdana Publishing bekerjasama dengan Majelis Pendidikan (MP) Pengurus Besar (PB) Al Washliyah pada tahun 2020 tanpa ada substansi perubahan yang berarti, hanya ditambah sambutan dari MP PB Al Washliyah.
Bagian pertama buku ini menguraikan akar historis atau latar belakang berdirinya Al Washliyah. Bagian kedua berisi identitas, tujuan dan amal ittifaq Al Washliyah. Bagian ketiga menjelaskan dinamika perjuangan Al Washliyah. Bagian keempat membicarakan masalah aset Al Washliyah terkait lembaga pendidikan, panti asuhan dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al Washliyah.
Berikut ini kesimpulan penting dari isi buku ini:
Bagian Pertama, ada lima pandangan mengenai akar historis atau latar belakang berdirinya Al Washliyah, yaitu (1) pendapat Ustaz Nukman Sulaiman dan kawan-kawan, yang menyatakan bahwa lahirnya Al Washliyah bermula dari adanya keinsyafan di antara pelajar-pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT), yang diakibatkan dua faktor: (a) berkembangnya masalah masalah furu’ syariat di kalangan pemimpin-pemimpin dan guru-guru agama Islam.
Pelajar-pelajar MIT ingin mencari jalan tengah yang kurang senang disebut golongan ini dan itu; dan (b) munculnya semangat kebangsaan dan pembuktian ketinggian Islam ke alam nyata. (2) Pendapat Prof. Dr. Chalidjah Hasanuddin. Pendapat ini mengatakan Al Jam’iyatul Washliyah merupakan perluasan dari Debating Club, sebuah perkumpulan pelajar dari murid-murid Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) yang didirikan pada tahun 1928. (3) Pendapat Kevin W. Fogg, seorang akademisi Barat, yang memiliki pendapat yang hampir sama dengan Chalidjah Hasanuddin. Kevin W. Fogg mengatakan: “a collective of students at the Maktab Islamijah Tapanuli founded a debating club in 1928; this grew into Al Jam’iyatul Washliyah in 1930.” (4) pendapat Prof. Dr. Usman Pelly, M.A.
Pendapat ini mengatakan adanya urbanisasi dari orang-orang Mandailing (etnis Tapanuli Selatan) yang merantau ke Medan (dulu disebut Sumatera Timur) merasa terdesak oleh kaum perantau dari Minangkabau (Sumatera Barat). Orang Minangkabau membawa Muhammadiyah ke perantauan dan memakainya sebagai sarana untuk mengekspresikan misi budayanya. Sebaliknya, orang Mandaling memakai Al Washliyah sebagai sarana untuk mengekspresikan misi budayanya. (5) Pendapat H.S. Pulungan. Pendapat ini hampir mirip dengan pandangan Prof. Dr. Usman Pelly, M.A. yang mengatakan Al Jam’iyatul Washliyah tidak akan ada, andaikata Maktab Islamiyah Tapanuli tidak ada. Maktab Islamiyah Tapanuli tidak ada, andaikata masyarakat Mandailing tidak ke Medan.
Masyarakat Mandailing di Medan tidak ada, andaikata Masyarakat Mandailing di Medan tidak diterima di Medan, dan masyarakat Mandailing tidak pindah dari Mandailing. andaikata tidak ada sebab yang mendorong mereka untuk pindah. Dalam sebuah upacara besar yang diselenggarakan di Maktab Islamiyah Tapanuli pada tanggal 30 November 1930, diumumkan susunan pengurus Al Washliyah sebagai berikut:
Ketua : Ismail Banda (Mandailing, guru agama).
Wakil Ketua : Abdurrahman Syihab (Mandailing, guru agama)
Sekretaris : M. Arsyad Thalib Lubis (Mandailing, guru agama)
Wakil Sekretaris : Adnan Nur Lubis (Mandailing, guru agama)
Bendahara : H.M. Jacob (Mandailing, guru agama)
Komisaris : H. Syamsuddin (Melayu, guru agama), H. Yusuf Lubis (Mandailing, guru agama), H. A. Malik (Banten, guru agama), A. Aziz Effendi (Mandailing, guru agama)
Penasihat : Syaikh H.M. Joenoes (Mandailing, guru agama).
Bagian Kedua, identitas Al Washliyah terdeskripsi dalam namanya berarti menghubungkan. Nama Al Washliyah diberikan oleh Syaikh H.M. Joenoes. Kemudian, pada tanggal 29 Juli 1934, Al Washliyah mempertegas tujuannya sebagaimana terkandung dalam rumusan yang diputuskan pada waktu itu, yakni “tujuan perkumpulan ini ialah berusaha menunaikan tuntutan agama Islam.” Kemudian identitas lainnya adalah lambang bulan terbit, lima bintang bersatu, warna putih dan cahaya bulan dan bintang. Tujuan Al Washliyah pada awal pendiriannya adalah untuk memajukan, mementingkan, dan menambah tersiarnya agama Islam. Al Washliyah kemudian kembali mempertegas tujuannya sebagaimana terkandung dalam rumusan yang diputuskan pada waktu itu, yakni “tujuan perkumpulan ialah “berusaha menunaikan tuntutan agama Islam.” Berdasarkan Anggaran Dasar (AD) Al Washliyah tahun 2010, tujuan Al Washliyah dipertegas kembali sehingga tujuan Al Washliyah adalah berusaha menunaikan tuntutan agama Islam secara kâffah beriktikad Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah dan dalam fikih mengutamakan mazhab Syâfi‘i (AD 2015-2021: kembali bermazhab Syâfi‘i). Adapun amal ittifaq Al Washliyah adalah pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan.
Bagian Ketiga, dinamika perjuangan Al Washliyah dibagi menjadi tujuh fase. (1) fase berdiri sampai menjelang kemerdekaan (1930-1942). (2) fase vakum yakni mulai masuknya tentara Jepang sampai upaya-upaya mempertahankan kemerdekaan (1942-1947). (3) fase perjuangan politik (1947-1955). (4) fase pembinaan (1955-1965) yakni Al Washliyah mulai berkembang di luar pulau Sumatera, khususnya Jawa dan Kalimantan. (5) fase perluasan misi zending dan penyiaran Islam (1965-1972). (6) fase agak suram (1972-1983). (7) fase penataan kembali dan perluasan (1983-2015).
Bagian Keempat, aset Al Washliyah, di antaranya aset berupa lembaga pendidikan. Aset Al Washliyah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, terutama di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. Al Washliyah juga memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu STKIP Al
Washliyah Banda Aceh, STISIP Al Washliyah Banda Aceh, STAIS Al Washliyah Banda Aceh, UNIVA Medan, UMN Al Washliyah, UNIVA Labuhan Batu, STIE Al Washliyah Sibolga, STIT Al Washliyah Binjai, dan STAIS Al Washliyah Barabai, Kalimantan Selatan.
Al Washliyah juga memiliki 12 panti asuhan, yakni:
- Panti Asuhan Jl. Ismailiyah No. 82 Medan
- Panti Asuhan Al Washliyah Jl. Yos Sudarso Km. 6 Pulo Brayan
- Panti Asuhan Al Washliyah Kampung Lalang, Pinang Baris Medan
- Panti Asuhan Al Washliyah Gedung Johor Medan
- Panti Asuhan Al Washliyah Jl. Srikandi Diniyah Binjai
- Panti Asuhan Al Washliyah Lubuk Pakam Deli Serdang
- Panti Asuhan Al Washliyah Tanjung Balai Tanjung Balai
- Panti Asuhan Al Arif Al Washliyah Rantau Prapat
- Panti Asuhan Al Washliyah Tanjung Pura Langkat
- Panti Asuhan Al Washliyah Gunung Sitoli Nias
- Panti Asuhan Al Washliyah Lam Ujong Banda Aceh
- Panti Asuhan Tunas Bangsa di Bali.
Kemudian, Al Washliyah sejak tahun 1994 sampai saat ini baru memiliki satu lembaga ekonomi, yaitu BPRS Al Washliyah, dan saat ini berkantor di Jalan Gunung Krakatau No. 28 Medan dengan total aset pada tahun 2013 sebesar 13 miliar.
Nashrun minallâh wa fathun qarîb, wa basysyiril mu’minin.
Dr. Ismed Batubara, S.H., M.H.
(Wakil Ketua Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026).
*Artikel ini dipresentasikan dalam acara Awsat Forum, Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA) pada hari Jumat, 27 Agustus 2021.