HIDUP adalah perjuangan. Hanya orang-orang kuat yang mampu memenangkan perjuangan dan peperangan.
Ada dua unsur kekuatan yang harus dimiliki untuk memenangkan perjuangan dan peperangan: kekuatan ruhani dan kekuatan materi. Biasanya kemenangan yang hanya didukung kekuatan fisik atau materi tidak akan bertahan lama.
Islam mengajarkan banyak kepada kita, tentang masa-masa umat terdahulu yang kuat dari sudut materi. Namun kekuatan materi itu justru membuat mereka terjerembab dalam kerusakan dan kehancuran.
Mereka bahkan menolak peringatan Allah SWT, mendustakan dan menyatakan perang dengan Rasul-Nya. Memang dari segi materi mereka adalah unggul, tapi hancur dalam aspek ruhani. Renungkanlah uraian Al-Qur’an berikut ini:
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (pencakar langit) yang belum pernah dibangun suatu (kota) seperti itu di negeri lain.
Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak) yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri. Kemudian mereka banyak membuat kerusakan dalam negeri. Karena itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab pada mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al-Fajr: 6-14).
Demikianlah, Al-Qur’an menegaskan fakta sejarah tentang nasib tragis sekelompok manusia yang mementingkan aspek materi dan mengabaikan aspek rohani.
Harta melimpah, budaya maju luar biasa, tapi rohani, jiwa, akhlak, moral, dan aqidah, kering kerontang.
Bukan berarti kita boleh mengabaikan kekuatan materi. Tidak. Kekuatan rohani tanpa kekuatan materi, juga tak berguna. Bukan itu jalan kemenangan yang harus ditempuh.
Lihatlah bangsa-bangsa yang hidup lemah, hancur dan selalu dirongrong ancaman instabilitas. Mereka takluk dihadapan musuhnya lantaran tak memiliki kekuatan fisik dan finansial.
Lalu bagaimana harusnya kita meniti jalan kemenangan? Dengan memadukan dua unsur kekuatan rohani dan materi.
Al-Qur’an mengisyaratkan hal ini dalam untaian doa: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat.”
Unsur dunia, bermakna unsur materi, sedangkan unsur akhirat adalah unsur rohani. Siapa pun yang berhasil memadukan dua kekuatan ini, dialah yang akan menang.
Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman, “Dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, baik dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (dan dengan persiapan tersebut) kalian membuat gentar musuh-musuh Allah dan musuh kalian.” (QS. Al-Anfal: 60).
Di samping diperintahkan mengerjakan sholat dan membayar zakat sebagai sarana peningkatan mutu ruhani, kita juga diperintahkan untuk bekerja secara serius.
Allah SWT berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah diberikan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan janganlah kalian melupakan kebahagiaan kalian di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77).
Bahkan perintah jihad yang menjadi puncak paling tinggi dalam syariat Islam, tak mungkin dilakukan dengan kekuatan materi yang lemah.
Kita diperintahkan jihad di jalan Allah dengan mengorbankan jiwa dan raga. Hanya dengan jihad inilah, dakwah Islam akan tegak.
Di masa Rasulullah SAW, perjalanan dakwah sarat dengan kisah-kisah heroik yang luar biasa. Rasulullah SAW, mengenakan baju pelindung.
Masuk ke kanca peperangan. Memimpin pasukan. Menyerang dan menghabisi lawan yang menghadang.
Hingga akhirnya kemenangan diraih para pejuang dakwah yang memiliki dua kekuatan: ruhani dan materi sekaligus.
Kedua kekuatan itu mengalahkan kekuatan paganisme yang memperbudak akal, akhlak dan menundukkan semangat musuh-musuh Islam.
“Nashrumminallahi wa fathun qariib wabasysyuril mukminin” (pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman). (QS. Ash-Shaff: 13).
Wallahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaatâĤ
Aswan Nasution
- Penulis Alumni 79′ Al Qismus ‘Aly Al Washliyah, Medan, Sumatera Utara.
- Tinggal di Pulau Lombok, Mataram, NTB