DKI Jakarta

pbwashliyah@gmail.com

IndonesianArabicThaiEnglishChinese (Simplified)

Makna Hijrah di Tengah Tantangan Globalisasi (Refleksi Pemikiran Menyambut 1 Muharram 1443 H)

DI ANTARA tantangan yang dihadapi umat Islam di era globalisasi dewasa ini adalah munculnya generasi yang mengalami “kehampaan spiritual” sebagaimana yang disebut Seyyed Hosein Nasr sebagai salah satu ciri “Nestapa Masyarakat Modern.” Dalam hal ini, umat Islam harus memiliki kekuatan yang dapat membendung dampak negatif tersebut karena cenderung menggiring manusia mempertuhankan kecanggihan teknologi modern dan meninggalkan pengamalan ajaran agama.

Untuk menghadapi tantangan globalisasi tersebut, meneladani perjalanan hijrah adalah salah satu alternatif solusi untuk dapat melahirkan generasi yang mampu membangun dan mengembangkan peradaban Islami yang cemerlang. Melalui wadah pendidikan Islami akan lahir generasi yang akan menjadi pembaharu (mujaddid) dan panutan (uswatun hasanah) yang berkarakter Islami serta dilengkapi dengan penguasaan lintas disipliner keilmuan, sehingga dengan bekal tersebut mereka dapat menjadi “aktor” dalam mewujudkan pengembangan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mampu bersaing secara kualitas.

Meneladani nilai-nilai kebaikan dari perjalanan hijrah di era globalisasi saat ini akan dapat membentuk generasi muda muslim yang dapat menjadi garda terdepan dalam gerakan peningkatan keimanan, ibadah, dan akhlak mulia. Hijrah dengan misi penerapan akhlakul karimah diyakini dapat mengantisipasi dan mengatasi kemerosotan moral dengan pendekatan prioritas, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Dikatakan demikian, karena nilai-nilai yang terkandung dalam spirit berhijrah mampu mengintegrasikan pendekatan psikologis dan spiritual sehingga dapat menyembuhkan “kegoncangan jiwa” generasi muda muslim yang selama ini diyakini sebagai salah satu penyebab terjadinya dekadensi akhlak.

Berkenaan dengan hal tersebut, Roos Poole mengemukakan bahwa penyebab umum terjadinya dekadensi moral di era globalisasi ini adalah disebabkan karena kehidupan manusia sedang berada di bawah bayang-bayang dihilisme dan minus pengamalan nilai-nilai agama (Poole,1991:8). Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawy menyebutkan bahwa fenomena yang paling menonjol dan paling mencemaskan dari pengaruh peradaban masa kini adalah lepasnya ikatan moral yang diajarkan setiap agama manapun. Kehidupan manusia yang telah dijiwai materialisme dan pragmatisme tidak mungkin berbuah akhlak mulia yang dapat memperkokoh sendi kehidupan sosial (Al-Qaradhawy,1996:35). Untuk mengatasi hal tersebut, tentu saja umat Islam harus memfungsionalisasikan pemberdayaan nilai-nilai pendidikan agama, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran jiwa dan menanamkan kesadaran generasi muda muslim untuk menjauhi tindakan-tindakan negatif yang bisa membahayakan kehidupan.

Hijrah di Tengah Tantangan Globalisasi Hijrah yang dilakukan Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah mengandung banyak pelajaran yang berharga sekaligus dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan hijrah tersebut diyakini akan dapat memotivasi umat Islam di era globalisasi ini untuk bangkit menjadi umat yang berkualitas guna membangun peradaban di masa depan. Adapun makna hijrah yang dapat dikedepankan untuk menjawab tantangan globalisasi dewasa ini adalah sebagai berikut:

  1. Hijrah dapat bermakna “memperkuat hubungan kedekatan kepada Allah melebihi hubungan di atas segala-galanya.” Dengan berhijrah, kaum muslimin pada masa Rasulullah saw telah menunjukkan bahwa mereka adalah generasi yang lebih mencintai Allah dan Rasul daripada kehidupan material, sebab mereka telah mengorbankan diri dan meninggalkan harta benda yang mereka miliki di Makkah demi memenuhi panggilan untuk berhijrah karena Allah. Setidak-tidaknya, hal ini dapat kembali menjadi teladan bagi umat Islam agar memperkokoh kedekatan dan kecintaan mereka kepada perintah Allah daripada mengedepankan ajakan dan godaan hawa nafsu, sehingga dapat memperkokoh keimanan di era globalisasi ini.
  2. Hijrah juga bermakna “menanamkan sikap berbaik sangka kepada Allah”. Sebelum terjadinya hijrah, Yatsrib adalah perkampungan yang tidak terkenal dalam sejarah peradaban umat manusia. Tentu saja, memasuki perkampungan yang belum dikenal secara lebih dekat akan menimbulkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan. Namun, karena motivasi berhijrah adalah karena Allah, maka umat Islam saat itu yakin akan pertolongan Allah. Di era globalisasi sekarang ini, sikap demikian perlu dicontoh, sebab banyak generasi saat ini yang belum ikhlas dan siap menerima ketentuan Allah tatkala ia mendapat ujian dan musibah. Banyak prasangka negatif yang muncul
    terhadap Allah bila kerugian menimpa diri, keluarga, dan golongannya.
  3. Dari sisi lain, hijrah bermakna “memperbaiki kesejahteraan hidup”. Ketika ekonomi umat Islam diboikot oleh kafir Quraisy di Makkah, masyarakat muslim terutama Bani Hasyim mengalami kemiskinan dan kelaparan. Mereka tidak mampu menjalankan usaha perbaikan ekonomi di Makkah. Karena itu, dengan berhijrah ke Madinah mereka dapat memasuki dunia baru untuk memperbaiki kesejahteraan hidup. Hal ini perlu diteladani oleh generasi yang hidup di era globalisasi saat ini, sebab persaingan hidup dan ekonomi semakin tajam. Karena itu, hijrah ke negeri lain yang memungkinkan terwujudnya perbaikan ekonomi adalah pilihan yang cerdas.
  4. Makna lain dari hijrah adalah “upaya perbaikan terhadap generasi”. Disebabkan rusaknya akhlak masyarakat Makkah yang masih kental dengan tradisi jahiliyah saat itu, maka gerakan berhijrah adalah tindakan yang terbaik untuk menyelematkan generasi masa depan. Sebab, generasi Islam masa depan yang akan dibentuk menjadi masyarakat yang berakhlakul karimah, sangat sulit dibesarkan di lingkungan yang rusak akhlaknya. Perbaikan akhlak baru berhasil dilakukan Rasulullah setelah perisitiwa Futuh al-Makkah.
  5. Hijrah bermakna “mewujudkan kesungguhan, kegigihan, dan kesabaran.” Hal ini terlihat pada usaha yang dilakukan umat Islam pada masa Rasulullah saw yang tabah melakukan perjalanan jauh untuk mengungsi ke daerah lain dengan kesiapan meninggalkan harta dan kampung halamannya. Buat sementara, mereka hidup dengan kesulitan dan kegetiran, tetapi berkat kesungguhan, kegigihan, dan kesabaran, mereka dapat kembali meningkatkan kesejahteraan hidup ketika berada di Madinah dan menjadi umat teladan bagi generasi berikutnya.

Penutup

Aksi hijrah yang dilakukan Rasulullah saw. dan kaum muslimin dari Makkah ke Madinah mengandung nilai-nilai keteladanan yang patut dicontoh oleh generasi Islam yang hidup di tengah tantangan globalisasi saat ini. Hijrah memiliki banyak pemaknaan yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Meneladani nilai dan makna hijrah bermanfaat agar pola hidup yang dijalankan umat Islam di era global ini senantiasa dekat dengan petunjuk dan tuntunan dari Allah dan Rasul.

Di tengah terpaan pengaruh negatif akibat kemajuan teknologi modern di era globalisasi saat ini, banyak di kalangan umat Islam mengalami kehilangan spirit beragama. Dengan demikian, merealisasikan makna hijrah dalam pola kehidupan sehari-hari menunjukkan bangkitnya kembali semangat yang baru, agar kehidupan generasi Islam dapat berkembang secara lebih baik pada masa yang akan datang.

Dr. Mohammad Al Farabi, M.Ag

Penulis adalah Dosen Pascasarjana UIN SU Medan dan Wakil Sekretaris Lembaga Kajian Strategis PB Al Jam’iyatul Washliyah.

lihat lebih banyak lagi

Orientasi Peningkatan Kompetensi Instruktur Nasional Al Washliyah, Untuk Apa?

PENGURUS BESAR Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) melalui Majelis Kader PB Al Washliyah, berencana menggelar kegiatan Orientasi Peningkatan Kompetensi Instruktur Nasional Al Washliyah,...

Khutbah Jumat: Spirit Muharam

Khutbah I الْـحَمْدُ لِلّٰهِ، الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الشُّهُوْرَ مَوَاسِمَ لِلطَّاعَاتِ، وَخَصَّ مِنْهَا أَشْهُرًا مُبَارَكَاتٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،...

Didorong Raih Predikat Unggul, Rektor Univa Medan Bertemu Rektor UMN Al Washliyah

MEDAN - Pengurus Majelis Pendidikan Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) mengadakan pertemuan antara Rektor, Wakil Rektor I Universitas Al Washliyah (Univa)...

Masyhuril Khamis: Gerakan Al Washliyah Adalah Dakwah dan Pendidikan di Daerah Terpencil

PADANG - Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr. H. Masyhuril Khamis, SH.,MM melantik Pengurus Wilayah Al Jam'iyatul Washliyah Provinsi...