MALAM Munajat Lailatul Qadr Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) dengan Rektorat Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi pada malam 21 Ramadan 1446 H merupakan kolaborasi yang cukup indah. Hal itu seperti dikemukakan Rektor Unisma Bekasi, Dr.Amin S,Pd, M.Si saat sambutan pada acara yang digelar di Masjid Al Fatah Unisma Bekasi, Jumat 21 Maret 2025/21 Ramadan 1446 H dinihari lalu.
Kegiatan yang dimulai pukul 23.00 Wib tersebut diselimuti suasana hening di tengah kompleks kampus. Satu per satu kendaraan masuk dan parkir dekat bangun kampus. Mahasiswa serta pengurus Al Washliyah dating lalu memasuki ruang Utama masjid. Duduk bersila menghadap arah kiblat/mimbar masjid.
Halimatur Rukyah, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Al Washliyah (PP IPA), pembawa acara muncul dan mengucap salam membuka dengan pantun ala melayu. Kemudian dilanjut kata sambutan panitia pelaksana kegiatan, H.Anas Abdul Jalil, M.Pdi, Ketua Bidang Dakwah PB Al Washliyah.

Pada kesempatan itu, Anas Abdul Jalil menngucap terima kasih atas dukungan semua pihak atas terselenggaranya acara tersebut, termasuk kepada pihak Rektorat Unisma Bekasi, Pengurus Besar Al Washliyah, guru-guru Al Washliyah Kota Bekasi serta Pengurus Daerah Al Washliyah Kota Bekasi, yang turut hadir di Masjid Al Fatah Unisma Bekasi, di tengah malam melanda kota.
Kegiatan Malam Munajat Lailatul Qadr yang digelar PB Al Washliyah c/q Majelis Dakwah PB Al Washliyah, menurut Ustad Anas, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan pada setiap bulan Ramadan. Lokasinya dilakukan berpindah-pindah.
Tahun 2025/1446 Hijriyah ini diselenggarakan di Masjid Al Fatah Unisma Bekasi, yang dihadiri kalangan mahasiswa Unisma Bekasi, pengurus Al Washliyah, serta pengurus Organisasi Bagian Al Washliyah, seperti Muslimat, Angkatan Puteri Al Washliyah, Ikatan Pelajar Al Washliyah, dan Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho, MM, H.Gunawan Tarigan, anggota PB Al Washliyah, Dekan Fakultas PAI Unisma, Dr.Akmal Rizky Gunawan Hasibuan, M.Pd, Ketua PD Al Washliyah Kota Bekasi, H.Husein Parinduri, M.Pdi.
Malam munajat hingga sampai Waktu Salat Subuh, sangat menyentuh kalbu. Doa dan harapan dipanjatkan untuk mengharap ampunan Ilahi Robb. Tanpa harus ke luar untuk mencari makanan sahur, sekitar pukul 03.30 Wib, panitia telah menyediakan makan sahur di serambi masjid.
Dalam suasana malam, sejumlah qori melantunkan bacanaan yat-ayat suci Al Qur’an. Pada sesi pertama oleh mahasiswa Fakultas Agama Islam Unisma Bekasi, kemudian pada sesi berikutnya oleh qori nasional Ustad Munandar Abdullah, MA. Suara merdu dari qori tersebut seakan menghunjam dan menggetarkan sanubari peserta munajat.
Acara sudah dikemas sedemikian rupa, pukul 01.00 Wib, Dr.KH.Iskandar Mirza, Sekretaris Bidang Dakwah PB Al Washliyah, menyampaikan tausyiah mengenai stimulus Al Qur’an. Ketua LP3H Al Washliyah ini memaparkan bahwa Al Qur’an itu, apabila ditinjau dari disiplin ilmu apa pun sesuai, apatah lagi dari segi Bahasa, sangat sesuai dan cocok. Ia mengingatkan bahwa Al Qur`an menjadi petunjuk dan obat kepada hamba-Nya yang beriman.

Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, tausyiah dimulai pukul 02.00 WIB, seputar menggapai Lailatul Qadr. Menurut dia, menggapai malam lailatul qadr dapat ditandai dengan terbentuknya perilaku peduli kepada sesama, serta mengembangkan misi dakwah ke berbagai pelosok. Orang nomor satu di Al Washliyah ini juga mengisahkan kondisi umat Islam di wilayah minoritas seperti di Kabupaten Alor, NTT.
Organisasi Al Washliyah, kata Masyhuril Khamis, akan membantu pembangunan masjid di daerah Alor NTT, karena di lokasi itu belum ada sarana ibadah berupa masjid. Padahal umat Islam di sana sangat mendambakan masjid.
Melalui kesempatan itu, ketua umum ini mengetuk hati nurani umat Islam Indonesia, khususnya kalangan Washliyah untuk bersatupadu membantu pembangunan masjid di Alor, NTT. Demikian juga pembangunan sarana ibadah berupa tempat wudhuk dan kamar mandi/toilet di dua masjid di wilayah Manggarai Timur, NTT.
Usai tausyiah, dilanjutkan Qiyamullail, muhasabah dan doa. Acara munajat tersebut berlangsung khusuk dan menyentuh kalbu, apalagi pada saat malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan. Acara munajat berakhir dengan Salat Subuh berjemaah. (syamsir)