SABTU, 5 November 2022, Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA) PB Al Washliyah mengadakan diskusi bertema “Pengantar Pemikiran Politik Sunni.” Narasumber yang diundang dalam diskusi kali ini adalah Dr. Ahmad Khoirul Fata, dosen dalam bidang politik Islam dari IAIN Sultan Amai Gorontalo. Ia adalah pakar pemikiran politik Buya HAMKA. Buya HAMKA adalah sahabat H. Abdurrahman Sjihab yang merupakan pemimpin Al Washliyah paling berpengaruh sebelum dan sesudah era kemerdekaan.
Pada tahun 2022, LKSA PB Al Washliyah memilih untuk fokus pada kajian-kajian dalam bidang politik. Ada dua alasan mengapa tema politik menjadi perhatian kami pada tahun ini. Pertama, salah satu tugas pokok LKSA adalah melakukan kajian-kajian tentang isu-isu strategis dalam bidang politik, selain juga dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Beberapa waktu yang lalu, kami juga sudah menyelesaikan kajian bertema gerakan politik Al Washliyah di Indonesia, dan dari kajian itu sudah terbit sebuah buku berjudul: Al Jam’iyatul Washliyah, Ulama, Politik dan Resiliensi.
Kedua, saat ini rakyat Indonesia tengah memasuki tahun politik, mengingat pada tahun 2024, rakyat Indonesia akan menggelar pesta demokrasi yakni pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan kepala daerah yang diadakan secara serentak. Berbagai lembaga survei juga telah merilis sejumlah calon presiden potensial, ada Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, bahkan sudah ada partai yang mendeklarasikan calon presidennya. Dalam menghadapi pesta demokrasi itu, LKSA memandang penting untuk mengadakan kajian-kajian dengan tema pemikiran politik dalam organisasi Al Washliyah, dengan harapan kajian-kajian yang diadakan LKSA dapat memberikan landasan historis dan filosofis bagi Pengurus Besar Al Washliyah dalam mengambil keputusan-keputusan strategis dalam menghadapi pemilihan umum tahun 2024.
Tema yang kami ambil dalam momen milad Al Washliyah ke-92 tahun 2022 ini adalah pemikiran politik Al Washliyah. Selama bulan November ini, kami akan mengadakan lima pertemuan untuk mengkaji tema-tema seputar pemikiran politik Sunni, pemikiran politik Ismail Banda, Adnan Lubis dan M. Arsjad Th. Lubis, fatwa-fatwa politik Al Washliyah, independensi Al Washliyah, serta peluang dan tantangan Al Washliyah pada pemilihan umum tahun 2024. Hasil kajian yang akan diadakan akan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Risalah Politik Al Washliyah.”
Tema kali ini sangat relevan dengan asas dan akidah Al Washliyah. Al Washliyah, sebagaimana disebut dalam Anggaran Dasar, berasas Islam, dalam fikih menganut mazhab Syafi‘i dan dalam bidang akidah menganut mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah atau Sunni. Ini bermakna bahwa setiap usaha-usaha Al Washliyah harus merujuk pada konsep-konsep kunci Islam, terutama menurut mazhab Syafi‘iyah dan mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah. Itulah mengapa tema kali ini menjadi penting digelar.
Benar bahwa Al Washliyah adalah organisasi yang bersifat independen sebagaimana disebut dalam Pasal 4 Anggaran Dasar Al Washliyah. Akan tetapi, Pasal 1 poin c dalam Anggaran Rumah Tangga Al Washliyah hasil muktamar ke-22 ditegaskan, “Pengurus Al Washliyah dapat mendukung anggota Al Washliyah atau simpatisan untuk menduduki jabatan politik tertentu setelah diputuskan dalam Rapat: 1) Untuk jabatan presiden/wapres diputuskan dalam Rapimnas…” Hasil diskusi tentang gerakan politik Al Washliyah di Indonesia yang sudah digelar LKSA beberapa bulan lalu juga turut menegaskan bahwa Al Washliyah bukanlah partai politik dan tidak pernah menjadi partai politik, akan tetapi Al Washliyah tidak pernah abai apalagi absen terhadap ragam soal politik di Indonesia.
Dr. Ja’far, M.A. (Dosen Pascasarjana IAIN Lhokseumawe & Ketua LKSA PB Al Washliyah)