SABTU, 16 April 2022 pukul 09.00 WIB, LKSA [Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah] Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah menggelar kegiatan “Ngaji Warisan Ulama Al Washliyah” yang merupakan program lembaga ini yang diadakan khusus di bulan Ramadan 1443 H. Kegiatan yang diadakan secara virtual ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen dan pengurus Al Washliyah dari berbagai wilayah di Indonesia, dan dibuka secara langsung oleh Ketua Umum PB Al Washliyah yakni Dr. KH. Masyhuril Khamis, S.H., M.M.
Dalam kegiatan kali ini, LKSA mengangkat tema “Gerakan, Karya dan Gagasan M. Arsjad Th. Lubis” dan mengundang salah seorang peneliti tersohor mengenai organisasi Al Washliyah yakni Dr. Ismed Batubara yang merupakan seorang dosen Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah dan Direktur Centre for Al Washliyah Studies (CAS) atau Pusat Kajian Al Washliyah.
CAS merupakan lembaga riset independen yang didirikan oleh dua kader Al Washliyah, yakni Dr. Ismed Batubara dan Dr. Ja’far (Ketua LKSA PB Al Washliyah periode 2021-2026), dan telah menerbitkan empat buku mengenai organisasi Al Washliyah pada tahun 2021 lalu. Tujuan kegiatan ini adalah untuk semakin mengakrabkan warga Al Washliyah dengan pergerakan, karya-karya dan gagasan monumental Tuan Arsjad untuk kemudian diharapkan dapat memberikan inspirasi, teladan dan pedoman bagi para kader dan pengurus Al Washliyah dalam menjalankan organisasi agar tetap sejalan dengan visi, misi dan kearifan Tuan Arsjad sebagai salah seorang pendiri dan ulama terkemuka Al Washliyah.
Secara khusus, Dr. Ismed Batubara menelaah pemikiran H.M. Arsjad Th. Lubis (Tuan Arsjad) tentang komunisme dan ateisme. Ia memberikan analisis dan interpretasi terhadap sebuah makalah yang berjudul “Pembelaan Islam terhadap Serangan Komunisme” dan secara khusus ditulis dan dipresentasikan Tuan Arsjad dalam Muktamar Ulama se-Indonesia di Palembang yang diadakan pada tanggal 8-11 September 1957.
Artikel itu dimuat dalam buku Muktamar Ulama se-Indonesia (1957) dan juga dimuat dalam majalah Daulah Islamyah dan Islam Berjuang. Tentu saja, tema yang diangkat oleh LKSA kali ini dipandang aktual dan penting diadakan mengingat saat ini muncul wacana kebangkitan komunisme di Indonesia, dan wacana tersebut telah memunculkan diskursus dan polemik di tanah air.
Berdasarkan diskusi ini, Dr. Ismed Batubara menemukan 7 (tujuh) pokok pemikiran Tuan Arsjad tentang ateisme/komunisme. (1) ateisme telah ada sejak lama
sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, (2) ateisme terdiri atas dua jenis, yakni ateisme pasif dan ateisme aktif, (3) ateisme adalah paham berpikir bebas, (4) komunisme merupakan paham yang mengingkari Tuhan dan memerangi agama, (5) menolak pemikiran Karl Marx bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, (6)
menolak pemikiran Lenin bahwa menjadi seorang Marxis harus menjadi seorang materialis, dan (7) kaum komunis merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan,
kekejaman, anti demokrasi, dan anti perbedaan pendapat dan oposisi.
Tuan Arsjad juga menawarkan strategi untuk menghadapi kelompok komunis, dan mengungkap beberapa kesimpulan penting di antaranya adalah urgensi sebuah fatwa tentang ateisme dan komunisme untuk menjadi pedoman bagi umat Islam di Indonesia.
Acara LKSA kali ini juga kembali mendapatkan apresiasi dan simpati dari elit PB Al Washliyah. Wizdan Fauran Lubis, S.E. dimana ia adalah cucu dari Tuan Arsjad, yang saat ini menjadi Ketua Hubungan Antar Lembaga PB Al Washliyah menyebutkan bahwa kegiatan LKSA ini sangat penting dan strategis bagi warga Al Washliyah karena dengan kegiatan ini akan dapat ditemukan kebiasaan, pemikiran dan karya para ulama Al Washliyah.
Menurutnya, dari kegiatan seperti ini, kita dapat menemukan misalnya teladan dalam kehidupan mereka. Di sini, Tuan Arsjad juga memberikan banyak keteladan. Sebagai ulama, misalnya, ia mengajarkan tentang urgensi memegang teguh suatu amanah. Saat masih hidup, seorang hartawan di Kota Medan memfasilitasi sebuah mobil kepada Tuan Arsjad.
Mobil itu diharapkan bisa digunakan oleh Tuan Arsjad untuk kegiatan dakwah. Sebelum wafat, Tuan Arsjad berpesan kepada ahli warisnya agar segera mengembalikan mobil tersebut kepada sang hartawan. Mobil itu kemudian dikembalikan dan sang hartawan pun terkejut sembari menangis. Hartawan itu kemudian menyatakan bahwa sebenarnya mobil itu diberikan kepada Tuan Arsjad dengan harapan tidak untuk dikembalikan. Oleh sang hartawan, mobil itu akhirnya diberikan kepada Pengurus Besar Al Washliyah.
Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr. Masyhuril Khamis juga memberikan apresiasi terhadap kegiatan LKSA ini. Ia juga menyampaikan dua harapan dalam kegiatan ini.
Pertama, kiranya semua peserta mendoakan agar Tuan Arsjad dapat segera dinobatkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional pada tahun ini.
Selain itu, sebagai penerus, warga Al Washliyah perlu menemukan dan mengkaji karya-karya para pendiri Al Washliyah termasuk karya Tuan Arsjad yang disadari bahwa selama bertahun-tahun karya mereka kurang mendapatkan perhatian dari organisasi.
Kedua, diharapkan sekali biografi Tuan Arsjad, juga biografi pendiri Al Washliyah lainnya, dapat ditulis dan diterbitkan dalam bentuk novel mengingat sebuah novel, selain mudah dan renyah dibaca, juga lebih menarik minat baca publik dan berpengaruh ketimbang buku biografi yang ditulis secara ilmiah.
terakhir ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pengurus LKSA PB Al Washliyah untuk mampu menghasilkan atau setidaknya menginisiasi penerbitan sebuah novel tentang biografi para pendiri Al Washliyah mengingat kelebihan novel dibandingkan laporan riset akademik.
Dr. Ja’far (Ketua LKSA PB Al Washliyah & Dosen Pascasarjana IAIN Lhokseumawe)