PERNAHKAH kamu mendengar tentang organisasi Islam? Banyak organisasi Islam yang pernah ada di Indonesia. Selain Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), masih banyak organisasi lain loh. Misalnya saja organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau PERTI. Ada juga sebuah organisasi yang bernama Persatuan Islam atau PERSIS di Bandung. Organisasi ini bertujuan untuk bisa meningkatkan kesadaran beragama dan semangat menyebarkan Islam dengan melakukan dakwah dan pemilihan kader dalam sekolah-sekolah Islam.
Kemudian ada lagi Nahdlatul Wathan disingkat NW, adalah organisasi massa Islam dari Nusa Tenggara Barat. Organisasi Islam ini berdiri karena ketidaksetujuan politik yaitu NU yang memutuskan untuk berpisah dari Partai Masjumi pada tahun 1952, T.G.K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan Nahdlatul Wathan yang tidak terikat dengan Nahdlatul Ulama.
Ada juga organisasi komunitas Islam terbesar di Indonesia Timur bernama Alkhairaat yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah.Organisasi ini didirikan oleh ulama Arab Indonesia yang lahir di Hadhramaut yang lebih berorientasi pada bidang pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Di Banten juga ada organisasi Islam Mathla’ul Anwar, disingkat MA, adalah organisasi massa Islam dari Banten. Mathla’ul Anwar dimaksudkan sebagai lembaga untuk melakukan pembaharuan pendidikan dan didirikan pada tanggal 10 Juli 1916 melalui musyawarah ulama di Menes, Pandeglang. Sampai tahun 1936, MA sudah memiliki 40 unit madrasah yang tersebar di Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Lampung.
Lalu organisasi Islam apa yang ada di Sumatera? Langsung setiap orang akan menjawab: Al Jam’iyatul Washliyah yang merupakan organisasi masyarakat Islam (ormas Islam) yang didirikan oleh para pendirinya yang berasal dari suku Mandailing pada tanggal 30 November 1930 di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Tetapi apakah generasi milenial yang tidak pernah berhubungan dengan institusi Al Washliyah masih mungkin mengenal Al Washliyah ? Apakah remaja yang hidup di era 4.0 ini baik di kota-kota besar atau daerah terpencil di negara ini masih mengakui keberadaan Al Washliyah? Sejauh mana sepak terjang Al Washliyah dirasakan manfaatnya oleh generasi sekarang?
Pertanyaan ini sering timbul karena sejarah Al Washliyah jarang terekspose dalam penulisan sejarah dan pemberitaan di Indonesia.
Pertanyaan ini penting untuk dicermati yang mungkin oleh generasi milenial yang kurang akrab dengan Al Washliyah. Juga pertanyaan yang sama muncul dari anggota ormas Islam lain yang berasal dari luar pulau Sumatera, dimana mereka masih merasa asing terhadap keberadaan Al Washliyah.
Kita bisa memaklumi bila di masa penjajahan dahulu ada campur tangan pemerintah kolonial Belanda dalam penulisan sejarah di Indonesia. Belanda mendatangkan ahli sejarah yang kemudian mencoba untuk membelokkan fakta-fakta sejarah Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan di Indonesia. Mereka dengan antek-anteknya juga mereduksi dan mendistorsi sejarah Islam dan melakukan de-Islamisasi dengan mengaburkan peran dan kiprah umat Islam termasuk Al Washliyah di Indonesia. Peran serta kontribusi ormas Islam sangat menentukan kemerdekaan Indonesia. Sebab, sebagian ormas Islam di Tanah Air telah lahir serta berkiprah sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun upaya untuk terus membawa dan memperkenalkan Al Washliyah kepada kaum muda dan ormas Islam lain yang berada di luar pulau Sumatera juga harus dianggap sebagai langkah penting untuk memastikan eksistensi dari organisasi Al Washliyah. Pengurus dan warga Al Washliyah perlu untuk memberi tahu orang-orang tentang apa dan bagaimana Al Washliyah sebagai gerakan pendidikan, dakwah, amal sosial dan pemberdayaan ekonomi umat, dalam menyebarkan pemikiran dan misi pembaharuannya untuk kemajuan bagi masyarakat, bangsa dan kemanusiaan secara menyeluruh.
Urgensi kehadiran Al Washliyah juga sangat relevan dengan kondisi kekinian, ‘keresahan yang sama’ atas permasalahan yang sedang terjadi di antara umat Islam pada saat ini, yaitu timbulnya berbagai macam perpecahan yang dilandasi atas perbedaan pendapat di kalangan umat Islam akibat pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama. Kalau dahulu perbedaan terjadi berada di level mazhab, maka kini perbedaan yang terjadi di level manhaj, namun dampak yang ditimbulkan memiliki daya rusak yang lebih parah dari sebelumnya.
Seolah-olah re-situasi di masa lalu kembali terjadi saat ini, kalau dahulu saling mengkafirkan antar mazhab, kini saling membidahkan karena berbeda manhaj. Di saat inilah peran Al Washliyah, organisasi yang memiliki tujuan utama “mempersatukan umat: harus muncul. Dengan cara yang bijaksana menjembatani perselisihan umat Islam yang berbeda pandangan fikih dan sunnah, di antara kaum tua dan kaum muda, kalangan modern dan tradisional, serta masyarakat terpelajar dan masyarakat awam.
Semangat sebagai pemersatu umat Islam para santri muda di Maktab al-Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan kurang lebih 91 tahun yang lalu, saat ingin mendirikan Al Washliyah di dalam Debating Club inilah hendaknya kembali bergelora di internal Al Washliyah, dimanapun organisasi ini berada sebagai starting point dalam menyambut 1 abad berdirinya organisasi Al Washliyah.
Kalau di masa lalu Al Washliyah telah berhasil mencapai salah satu tujuan atau khittah awal pendiriannya, yaitu merekatkan seluruh umat Islam yang berbeda pandangan dalam fikih, menyambungkan silaturahmi seluruh kekuatan umat Islam Indonesia meskipun berbeda naungan organisasinya, serta mendidik umat untuk menjalankan syariat Islam sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah, maka kini di usianya yang telah memasuki 91 tahun, Al Washliyah tetap terus memperbaiki diri dan tetap terus memantapkan langkahnya dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan di negara ini. Kiprah organisasinya tidak saja bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat di pulau Sumatra saja, tetapi juga di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
Sudah saatnya bagi Al Washliyah untuk kembali kepada khittah-nya dalam menyongsong satu abad usianya.
Lantas bagaimana penjelasan dengan tujuan Al Washliyah di bidang pendidikan, dakwah, amal sosial dan pemberdayaan ekonomi umat yang diperkirakan mempunyai anggota mencapai 15 juta Washliyin ini ? Dalam bidang pendidikan, sejalan dengan perkembangannya saat ini, ormas Islam Al Washliyah ini memiliki 1.036 unit lembaga pendidikan, 14 unit panti yatim piatu, dan 9 unit universitas di seluruh Indonesia.
Di antara pusat sebaran anggota kepengurusan terbesar berada di daerah Sumatera bagian Utara (Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh), Provinsi Riau dan Provinsi Jawa Barat. Diperkirakan jumlah Washliyin mencapai 15 juta jiwa yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Ormas Islam bermazhab Syâfi‘i ini masih memegang teguh ke-Syâfi‘iannya pada kaitan penerapan dan kajian hukum Islam.
Banyaknya lembaga pendidikan yang telah dimiliki oleh Al Washliyah sebenarnya adalah sebuah modal yang besar dan mumpuni untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab, berilmu, dan beramal. Lembaga Pendidikan Al Washliyah telah matang ditempa zaman dan memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan telah banyak menghasilkan alumni, namun harus lebih mengkhususkan lagi untuk mencetak para dai atau para pendakwah dengan berbagai macam latar belakang. Perlu diingatkan bahwa peran dan kontribusi Al Washliyah yang bergerak di bidang pendidikan akan ikut menentukan gambaran wajah Indonesia masa depan.
Dalam bidang dakwah, organisasi Al Washliyah harus berbuat lebih banyak dalam pemberdayaan umat. Model dakwah yang sudah dilakukan harus terus dipelihara dan dikembangkan seiring dengan tuntutan kebutuhan di masyarakat khususnya memberi perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan anak-anak dari keluarga fakir miskin, dan penyandang masalah sosial lainnya. Tagline atau motto “selamatkan masyarakat Indonesia dengan dakwah” perlu terus digaungkan untuk memperjelas arah gerak dari dakwah yang dilaksanakan. Al Washliyah harus memiliki ruang publik atau kekhususan tersendiri dalam menata komunikasi dengan masyarakat, dalam mengembangkan nilai-nilai keIslaman di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan semakin modern organisasi Al Washliyah, maka semakin profesional pengurusnya dalam menata ruang publik dan berkomunikasi kepada masyarakat.
Lalu bagaimana dengan upaya menarik lebih banyak lagi para milenial untuk ikut bergabung dengan organisasi Al Washliyah ? Sudahkah mereka terkesan dengan gerak perjuangan Al Washliyah yang sudah dilakukan selama ini ? Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus untuk merekrut para mileal agar mau terlibat dan aktif dalam organisasi Al Washliyah.
Oleh karena itu, penting dilakukan diadakannya forum-forum untuk memahami sejarah, keberadaan, kelahiran, perkembangan, karakter, dan setiap detail Al Washliyah dalam berbagai aspek baik untuk Washliyin dan mereka yang ingin lebih mengenal Al Washliyah sebagai ormas Islam di Indonesia. Bagaimana Al Washliyah lahir, apa sifat Al Washliyah sebagai gerakan Islam, bagaimana hubungan Al Washliyah dengan gerakan reformasi Islam, apa posisi Al Washliyah dalam konteks Islam Indonesia, bagaimana tujuan Al Washliyah, bagaimana karakter Al Washliyah dibandingkan dengan gerakan Islam lainnya, bagaimana menggambarkan gerakan organisasi otonom dalam naungan keluarga besar Al Washliyah untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Rekrutmen kader Al Washliyah melalui lembaga pendidikan, pelatihan-pelatihan, sosialisasi dan pelibatan milenial dalam kegiatan perlu secara terus menerus dilakukan. Meskipun di awal motif untuk ikut bergabung di dalam sebuah organisasi hanya karena ingin ikut teman atau ingin menambah teman atau keinginan berorganisasi, semangatnya masih setengah-setengah, mungkin kata lainnya adalah untuk coba-coba, namun kita harus tetap memberi kesempatan kepada para milenial tersebut. Hingga kelak akan ditemukan kader organisatoris sejati yang dapat diandalkan untuk meneruskan estafet perjuangan Al Washliyah. Kader organisatoris sejati akan selalu menjaga lisan dan perbuatannya untuk dirinya dan organisasinya. Yang memiliki wibawa, cerdas, dan memiliki teknik manajemen yang baik. Bisa memimpin dan juga bisa dipimpin, jauh dari zona-zona intrik yang tidak mencerminkan akhlâq al-karîmah.
Kader Al Washliyah masa depan yang berintegritas tinggi, yakni ucapan dan tindakannya selalu selaras. Selalu aktif dalam setiap kegiatan organisasi, siap menyumbangkan tenaga dan pikiran atau kebutuhan organisasi lainnya, menjadi kader yang sangat mencintai organisasinya, bahkan setelah mereka demisioner, bahkan juga jika sudah menjadi alumni tipe ini tetap akan berkontribusi dalam bentuk kegiatan yang bisa melibatkan dirinya.
Diharapkan akan lahir kader aktivis Al Washliyah yang moderat dalam reformasi dan melakukan orientasi gerakannya dengan penampilan damai dan toleran sambil membawa kemajuan. Al Washliyah bukanlah organisasi yang ganas dalam dakwah, tetapi juga tidak tradisional, sehingga dapat disebut sebagai organisasi Islam moderat progresif. Bagi generasi muda, mempelajari Al Washliyah sebagai subjek di kelas (Kealwashliyahan) adalah sesuatu yang perlu diarusutamakan untuk memahami perannya dalam sejarah bangsa.
Akhirnya, kita senantiasa berharap Al Washliyah tidak cukup hanya ber-fastabiqul khairât, melainkan harus melakukan amal jamâ‘i, sinergi, koordinasi dan kolaborasi untuk mengusung agenda bersama dan merespons permasalahan umat dan bangsa. Dengan dua kata kunci, komitmen kebangsaan dan kemajuan umat, haruslah menjadi nafas perjuangan Al Washliyah.
Nashrun minallâh wa fathun qarîb, wabasysyiril mu’minîn.
Arief Jamaluddin, M.Si.
- * Wakil Sekretaris Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026.