ALLAH subhanahu wata’ala telah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (an-Nahl, 16: 23). Dalam firman-Nya yang lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Lukman, 31: 18).
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda, “Jauhilah oleh kalian perbuatan takabbur, karena sesungguhnya atas seorang hamba yang selalu berbuat takabbur, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: “Tulislah oleh kalian hamba-Ku ini termasuk orang-orang yang angkara murka.” (HR. Ibnu ‘Addi melalui Abu Umamah).
Sifat takabur adalah sifat yang hanya layak disandang oleh Allah Yang Maha Pencipta; tiada seorang makhluk pun yang diperbolehkan bersifat ini. Barangsiapa yang berbuat takabur atau sombong dan berlebihan di dalam takaburnya, maka Allah murka terhadapnya sehingga ia dicap sebagai orang yang angkara murka.
Diantara penyakit hati yang berbahaya dan membinasakan ialah sifat sombong, yang biasanya hanya disifati oleh setan yang terkutuk. Supaya tingkah laku kita menjadi bijaksana maka, sebanyak apa pun harta, ilmu, akhlak, dan kesejahteraan yang kita miliki, kita harus bersikap tawadhu (rendah hati). Tidak sombong seperti burung merak, dan tidak besar kepala sepertì ayam jago.
Ketahuilah bahwa manusia membenci orang yang bersikap sombong kepadanya, dan mencintai orang yang bersikap tawadhu kepadanya, sebagaimana aliran air menyukai tempat yang merunduk kepadanya (rendah). Jadilah diri kita seperti tangkai gandum yang penuh berisi, yang merunduk karena banyak mengandung air. Allah Swt. sangat benci kepada orang yang menyombongkan. Angkuh, pongah dañ suka membanggakan diri itu adalah sifat-sifat orang yang takabur dan gemar membesarkan diri. Allah Swt. berfirman, “(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya (Qarun), “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” (QS. Al-Qasas, 28:76).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. masih mau memandang kepada orang kafir, tetapi Dia tidak mau memandang kepada orang yang bangga akan dirinya. Sesungguhnya Nabi Sulaiman ibnu Nabi Daud menaiki angin seraya duduk bersandar, lalu ia merasa ‘ujub dan sombong dalam hatinya, maka dia dicampakkan hingga jatuh ke tanah.” (HR. Thabrani).
Orang yang takabur dan ‘ujub (bangga diri) adalah orang yang dimurkai Allah. Oleh karena itu disebutkan oleh hadis ini bahwa Allah masih mau berbelaskasihan kepada orang kafir, tetapi Dia tidak mau mengasihani orang yang bersifat takabur. Tiada sekali-kali iblis diusir dari surga melainkan karena ia bersikap sombong membangkang perintah-Nya yang menyuruhnya agar bersujud kepada Nabi Adam a.s.
Bangga diri atau ‘Ujub adalah penyakit yang mematikan bagi banyak hal. Dia adalah penyakit bagi akal, ilmu, niat ikhlas, dan kemajuan. Betapa banyak ilmuwan tang telah mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu pengetahuan, lalu dia merasa bangga dengan ilmunya sehingga dia pun berhenti berusaha untuk menambah ilmunya, dan akhirnya dia diungguli oleh orang lain. Betapa banyak orang yang berakhlak mulia, lalu dia merasa bangga dengan akhlak dirinya sehingga akhirnya dia menjadi orang yang menyimpang dari akhlak yang mulia.
Oleh karena itu, jangan kita merasa bangga dengan diri kita, walaupun kita mempunyai ilmu, fisik, akhlak, dan harta yang banyak. Karena merasa bangga diri akan menurunkan grafik prestasi kita. Ali bin Abi Thalib berkata, “Barangsiapa merasa kagum dengan pendapatnya maka dia telah sesat”. “Keburukan yang menyebabkan engkau menyesal itu lebih baik dibandingkan kebaikan yang membuatmu bangga.” ‘Ujub adalah lawan kebenaran, dan penyakit bagi akal.”
Orang-orang seperti ini ditutup hatinya oleh Allah Swt., sebagaimana firman-Nya, “Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang”. (Al-Mu’min, 40: 35). Orang yang menyombongkan diri juga akan dipalingkan dari keterangan-keterangan Allah Swt., sebagaimana yang tercantum dalam surat al-A’raf, 7: 146, “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku”.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda, di dalam sebuah hadits Qudsi, “Allah Swt. telah berfirman: “Keagungan merupakan selendang-Ku dan kebesaran merupakan kain-Ku, barang siapa menyaingi-Ku pada salah satu di antara keduanya, niscaya dia akan Kucampakkan ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Majaah melalui Ibnu Abbas r.a.). Dalam hadis yang senada juga disebutkan, “Sifat kebesaran itu kerudung-Ku, dan sifat keagungan itu kain-Ku. Barangsiapa merebut salah satunya dari-Ku, niscaya Ku lemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim). Dalam sabdanya lagi, “Orang-orang yang menyombongkan diri akan dibangkitkan di hari kiamat seperti semut dalam rupa manusia. Mereka ditimpa kehinaan di mana saja berada.”
Tiada seorang pun yang diperbolehkan takabur dan besar diri karena kedua sifat ini hanyalah milik Allah semata; tiada seorang pun di antara makhluk-Nya yang berhak menyandang kedua sifat itu. Barang siapa yang menyandang salah satu di antara keduanya maka Allah akan mencampakkannya ke dalam neraka Jahannam. Bahkan dalam hadis lain telah disebutkan, sesungguhnya neraka Jahannam meminta perlindungan kepada Allah dari Al Falaq. Al Falaq adalah nama sebuah penjara yang terdapat di dalam neraka Jahannam, di tempat tersebutlah disekap orang-orang yang bersifat takabur dan besar diri. Tidak sekali-kali dikatakan demikian karena siksaan yang terdapat di dalam penjara itu sangat mengerikan dan sangat menyakitkan sehingga siksaan yang ada di neraka Jahannam tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan siksaan yang ada di dalam penjara Al-Falaq. Takabur dan besar diri termasuk salah satu di antara dosa-dosa besar.
Nabi Saw. telah bersabda, “Barangsiapa membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap Allah dan Allah murka kepadanya.” (HR. Ahmad). Juga dalam sabdanya yang lain lagi, “Selagi orang berjalan dan merasa bangga dengan tutup kepala dan kedua baju rangkapnya maka tiba-tiba dia dibenamkan ke dalam tanah lalu dia bergelimang di dalam tanah sampai hari kiamat.” (HR. Muslim).
Takabur atau sombong merupakan dosa besar dan pelakunya akan mendapat murka dari Allah Swt. serta dijauhkan dari rahmat-Nya.
Nabi Muhammad Saw bersabda lagi, “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongannya”. (HR. Muslim). Mendengar sabda tersebut, seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Terkadang, seseorang ingin mengenakan baju yang indah dan sandal yang bagus”. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya, Tuhan itu indah, suka kepada keindahan. Sifat takabur itu melawan kebenaran, senantiasa menghina dan menistakan orang lain. Barangsiapa yang menganggap dirinya tinggi dan megah dengan derajatnya, lalu menghina dan mengecilkan orang lain, maka itulah orang yang sombong dan terkutuk.”
Juga sabda yang lainnya, “Barangsiapa memanjangkan pakaiannya (sehingga menyeret di tanah) karena kesombongannya maka Allah tidak akan memandangnya kelak pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari & Muslim).
Sifat sombong itu tersimpan di dalam hati, tetapi tanda-tandanya tampak pada diri manusia, seperti : merasa bangga melihat dirinya lebih maju dari orang lain; suka menonjolkan diri kepada orang lain; senantiasa ingin tampil di hadapan majelis-majelis pertemuan; bermegah diri dan angkuh ketika berjalan; suka membantah teguran orang lain, meski bicaranya salah; tidak mengindahkan nasihat atau teguran orang lain; suka menindas Muslim yang miskin dan lemah; senantiasa menganggap dirinya benar dan tidak pernah salah; suka memuji dirinya sendiri; yang membanggakan nenek moyangnya yang ternama; membanggakan keturunan”.
Semua tanda ini menunjukkan sifat takabur yang sangat buruk dan tercela. Agar kita berkah, maka kita dilarang membanggakan keturunan atau nenek moyang kita, hal ini akan mengakibatkan hilangnya keberkahan darinya.
Nabi shalallahu alaihi wassalam telah bersabda untuk memperingatkan keturunannya, “Barangsiapa melewatkan amalannya (untuk mencari derajat yang tinggi), tidak akan disegerakan keturunannya”. Dalam sabdanya yang lain, “Wahai Fatimah binti Muhammad! Wahai Shafiyah ibu saudara Rasulullah! Aku tidak bisa menanggung sesuatu pun bagi kalian di hadapan pengadilan Tuhan. Tebuslah sendiri dirimu dari api neraka!”
Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat sombong dan bangga diri yang akan mengakibatkan dimurkai Allah, tidak mendapat barokah, rahmat Allah, kita jauh dari surga-Nya, bahkan akan di masukan ke dalam penjara Al-Falak yang berada di dalam neraka Jahannam. Wallahu A’lam bish Shawabi.
Drs.H. Karsidi Diningrat, M.Ag
- * Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung
- * Wakil Ketua Majelis Pendidikan PB Al Washliyah.
- * Mantan Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat.