AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH dengan amaliyahnya khususnya gerakan Pendidikannya dan tak terpisahkan dari gerakan dakwah, gerakan amal sosial dan gerakan Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Khususnya kehadiran gerakan pendidikan yang dikelola di bawah naungan binaan lembaga pendidikan Al Washliyah telah banyak berjasa melahirkan para ulama, cendekiawan, intelektual, sarjana, diplomat, tokoh agama dan lainnya.
Pendirian lembaga-lembaga pendidikan dimilikinya mulai dari tingkat TK/RA, Ibtidaiyah/SD, Tsnawiyah/SLTP, Aliyah/SMU, sederajat, dan Perguruan Tinggi, yang jumlahnya tidak dapat dikalkulasi secara kuantitatif di sini.
Kesemuanya ini dimaksud adalah dibangunnya pendidikan tersebut adalah untuk mencapai tujuan pendidikan Al Washliyah agar kader-kadernya memiliki ilmu pengetahuan yang luas, kecerdasan yang tinggi dan intelektual yang ideal dan akhirnya akan menjadi kader Al Washliyah Ulul Albab
Dengan demikian seiring dan sejalan dari tujuan Pendidikan Al Washliyah itu sendiri yaitu bertujuan untuk:
- Menghasilkan manusia mukmin yang bertakwa, berilmu pengetahuan luas dan dalam, berakhalakul karimah, sukses di dunia dan akhirat;
- Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat;
- Menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas kader untuk melanjutkan perjuangan dan amaliyah Al Washliyah;
- Menghasilkan ulama uswatun hasanah yang panutan umat; (dikutip dari Http://mpawds.blogspot.com/2014/06).
Maka dalam konteks inilah, hendaknya kader-kader Al Washliyah menjadi Ulul Albab, kader-kader Al Washliyah yang mampu membaca tanda-tanda zaman, kader-kader Al Washliyah yang seperti inilah yang dicari dan sangat dirindukan pada saat sekarang ini dialah kader-kader Al Washliyah yang panutan umat.
Kalau kita lihat di dalam konsep Al-Quran, ada beberapa ciri-ciri Ulul Albab itu sebagai berikut:
Pertama, memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya dalam mencari dimanapun ilmu berada (QS. 3: 7).
Kedua, mampu membedakan antara yang hak dan batil dan selalu cenderung berpihak kepada yang benar meskipun dia sendirian mempertahankannya.
Sebaliknya ia tetap menolak ketika kebatilan itu dipertahankan banyak orang (QS. 5: 100).
Ketiga, bertindak kritis dalam segala hal, bersedia melihat dan mendengarkan pembicaraan berdasarkan dalil yang kuat (QS. 39: 18).
Keempat, bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain dalam rangka memperbaiki masyarakat terhadap nilai-nilai akidah serta menentang segala kemusyrikan dan penyimpangan agama (QS. 14: 52).
Kelima, tidak takut pada siapa pun kecuali kepada Allah. Dan karena takwanya, dia siapkan bekal akhirat sebanyak-banyaknya. (QS. 2: 197). hikmah republika.
Menurut pakar Husein Imbali dalam artikelnya menjelaskan, “Seorang intelektual adalah yang memberdayakan akalnya sedemikian rupa sehingga sanggup melahirkan gagasan analisis dan sistimatis yang sangat cemerlang.”
Masih penjelasan dari Husein Imbali berkata, “Dia bukanlah semata-mata sarjana, tapi seorang ilmuan yang cerdas, berwawasan luas memiliki daya nalar yang tinggi.
Kemudian mampu memproyeksikan hasil penalarannya untuk memperbaiki masyarakat yang masih terjerat dalam kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan pada satu bentuk tatanan sosial yang ideal.”
Sedangkan pada Ulul Albab tergabung dalam dirinya sifat-sifat ilmuan, intelektual, dan orang yang selalu taqarrub-mendekatkan diri kepada Allah SWT (takwa). tulis husin imbali.
Rasanya tidak berlebihan bila kita mengatakatan bahwa para Ulama Al Washliyah dan pendiri, pejuang masa lalu adalah kader Al-Washliyah Ulul Albab pada zamannya.
Inilah profil Ulul Albab yang kita cari, kita rindukan semoga kader Al Washliyah Ulul Albab masa kini yang dimaksud, Insya Allah akan muncul dan lahir terus di tengah-tengah umat.
Nashrun minallahi wa fahthun qariib wa basysyiril mu’minin.
Aswan Nasution
Penulis, Pengurus Wilayah Al- Washliyah Provinsi NTB.