TINGGAL 9 tahun lagi, Al Jam`iyatul Washliyah [Al Washliyah] genap berusia 100 tahun, atau satu abad. Usia organisasi Islam ini sudah tua, namun dinamika nya kian gesit dan bergerak sesuai perkembangan zaman ke zaman. Persoalannya adalah siapa nahkoda organisasi ini, mampukah membawa kapal besar ini mengharungi lautan luas dan menghindari hantaman ombak besar. Berhasil atau tidak organisasi berlambang bulan sabit ini mencapai tujuan, tentulah banyak ditentukan kekompakan atau solidaritas antar perangkat pengurus dengan jemaah rumah besar Washliyin.
Terkait dengan di atas, faktor eksistensi kader plus instruktur, atau lebih keren disebut pelatih, sebenarnya memiliki peran lebih besar dalam menyiapkan sumber daya manusia [SDM] Al Washliyah. Kini usia Al Washliyah pada 30 November 2021 memasuki 91 tahun, namun keberadaan kader dan instruktur nya masih berserakan dan belum terwadahi secara layak.
Untuk merajut potensi kader dan instruktur Al Washliyah, maka dibutuhkan pendataan yang konfrehensif oleh lembaga organisasi. Terus terang, Pengurus Besar sebagai pimpinan tertinggi organisasi ini belum memiliki data base, mencakup kader, instruktur, alumni dan seterusnya.
Penempatan dan jenjang kekaderan Al Washliyah juga belum ada, yang selama ini baru disuplay oleh Organ-organ Bagian, yang memiliki hirarki/jenjang kekaderan, seperti Ikatan Pelajar Al Washliyah [IPA} dan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah [Himmah]. Sudah selayaknya pada tataran tingkat atas, PB Al Washliyah memiliki sekolah komando seperti di TNI untuk menyiap calon pimpinan Al Washliyah secara periodik. Dengan demikian regenarasi pimpinan Al Washliyah berjalan sebagai mana mestinya.
Jadi Al Washliyah tidak kekurangan kader, atau saling rebutan kader untuk ditempatkan ada majelis atau lembaga. Termasuk untuk menjadi kepala sekolah, rektor hendaknya melalui pendidikan khusus atas hasil rekomendasi bidang kader dan majelis pendidikan.
Mengurai kendala kekaderan guna merajut potensi Al Washliyah pada hari ini dan masa depan, maka diperlukan beberapa langkah jitu ke depan.
Pertama: Inventarisasi SDM
Melakukan inventarisasi SDM Al Washliyah. Mau tidak mau dibutuhkan pendataan terpadu berbasis digital. Pihak pengambil kebijakan organisasi harus cepat dan tanggap menyiapkan perangkat pendataan massal ini. Diharapkan data yang dimiliki terkoneksi dengan lembaga atau majelis yang ada pada tingkat pimpinan pusat, pengurus besar, wilayah, daerah hingga ranting.
Seluruh potensi dan kekuatan organisasi di bidang SDM akan terpantau dengan baik. Tidak ada alasan, menyusun rancangan kerja terbentur waktu dan dana besar. Terapkan efesien anggaran. Cukup sekali pendataan, maka hasilnya terekam dan tersimpan di aplikasi yang ditentukan oleh pengurus, dengan melibatkan SDM IT Al Washliyah. Maka diperlukan sinergi kinerja, koordinasi antar lembaga, majelis dari tingkat bawah hingga atas, sehingga ego sektoral dapat terpupus habis.
Apabila data base dapat terlaksana dengan baik, maka akan diketahui di mana posisi kader dan instruktur Al Washliyah itu dengan sebenarnya. Sudah berapa banyak kader dan anggota IPA dan Himmah, GPA, Isarah, IGDA, APA, Muslimat dari dahulu sampai sekarang. Demikian juga potensi berupa alumni sekolah/Universitas Al Washliyah. Berdasar data inilah kembali terjalin komunikasi, yang mungkin berpuluh tahun terputus.
Kedua: Pola Kekaderan Nasional
Menyusun pola kekaderan (system, kurikulum dsb), menurut penulis, perlu diupdate. Artinya apa? Pola kekaderan di Organ Bagian baik yang berjenjang atau pun nonjenjang, perlu dipadukan, sehingga tidak ada lagi ego kekaderan antar organ bagian. Sudah LKA di IPA, tapi begitu masuk HIMMAH, wajib LKD. Selain itu, jangan ada lagi pihak rektorat yang membiarkan HIMMAH di kampus nya mati suri, akibat kurang peduli.
Untuk menyiapkan model kekaderan ini, maka majelis kader di tingkat pengurus besar, wilayah dan daerah, harus kerja esktra, menyusun buku panduan kurikulum atau model kaderisasi yang pas dan tepat untuk menyongsong satu abad Al Washliyah. Untuk sementara, rumusan Majelis Kader PW Sumatera Utara mungkin dapat dijadikan bahan awal kajian dasar.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti ini, hikmah didapat adalah penggunaan alat teknologi untuk rapat koordinasi virtual. Untuk itu, maka penyusunan pola kekaderan tingkat nasional sangat mendesak dan hendaknya menjadi perhatian bersama oleh pengambil kebijakan organisasi.
Keberadaan kader, instruktur Al Washliyah dari dahulu kurang mendapat perhatian. Selepas latihan kader tingkat dasar, menengah, atas dan instruktur, mereka berserakan tanpa arah. Hanya segelintir yang terserap di tubuh organisasi. Terus terang, perhatian organisasi masih minim. Secara faktual, banyak personal kader Al Washliyah yang tidak mendapat porsi jabatan di tubuh organisasi. Nasib instruktur, pencetak kader Al Washliyah juga tidak tahu di mana rimbanya, termasuk kesejahteraan keluarganya.
Yang bikin miris, banyak jabatan penting di lingkup organisasi berasal dari luar jalur organisasi. Fakta ini tidak dapat dipungkiri, mungkin akibat kelemahan dan kesalahan bersama bahwa data base belum punya.
Ketiga: Semangat Organisasi
Selanjutnya penguatan kesamaan persepsi membangun dan menumbuhkan semangat [ethos] organisasi. Al Washliyah sebagai wadah atau alat untuk mencapai tujuan. Karena itu, segenap pimpinan Al Washliyah wajib membangun kebersamaan. Persoalan dan kebutuhan anggota/umat hendaknya dapat direspon cepat oleh kalangan pimpinan organisasi.
Al Washliyah berjuang bukan untuk golongan, namun untuk kepentingan umat Islam. Jangan jadikan massa Al Washliyah ini bagai buih di atas laut. Tapi hendaknya ibarat pohon memiliki akar tunjang yang kokoh dan kuat demi ketahanan dan kelangsungan organisasi dari zaman ke zaman. Mari merajut potensi kader Al Washliyah berdasar kompetensi yang dimiliki oleh personal kader. SemogaâĤ Wassalam
Syamsir
Sekretaris Bidang Kader PB Al Washliyah